Ada rasa haru dan bahagia yang beda dari teman-teman lainnya setelah tamat membawa ijazah dan juga satu buku rekening dengan isinya sebesar 750.000 rupiah pada tahun 1999. Itulah modal ketekunan yang memberikan saya langkah lebih pasti untuk nekad melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi saat itu.
Lagi-lagi saya harus katakan beasiswa pertama menjadi semacam modal motivasi untuk selanjutnya. Beasiswa akhirnya saya paham bukan sebagai kesempatan untuk memperoleh uang bantuan pendidikan khususnya untuk anak yang orangtuanya tidak mampu, melainkan suatu peluang untuk membuktikan prestasi akademik karena ketekunan dan keseriusan belajar sehingga mendapat dukungan pemerintah.
Berangkat dari dua pengalaman itu, saya ingin menegaskan beberapa hal berikut ini:
- Beasiswa itu sangat baik untuk membangkitkan gairah belajar siswa dan siswa diberikan peluang untuk menjadi berprestasi secara terhormat karena usaha dan kerja kerasnya dihargai.
- Program beasiswa harus bisa dibedakan dengan program bantuan pendidikan untuk siswa yang dari latar belakang ekonomi tidak mampu.
- Perlu pembedaan jelas antara beasiswa dan sumbangan atau bantuan dana pendidikan gratis.
- Cara untuk memperoleh beasiswa pada masa itu adalah dengan serius belajar sehingga menjadi siswa yang berprestasi.
Catatan kritis: Beasiswa itu bukan bantuan dana pendidikan gratis sepanjang masa sekolah
Paling baik bisa saja jalur beasiswa lebih ditekankan daripada bantuan pendidikan tanpa kontrol prestasi akademis yang teratur dan terprogram. Meskipun demikian poin ini bisa saja berbeda-beda sesuai konteks masing-masing.Â
Hal ini karena bagi sebagian orang, mereka punya alasan bagaimana bisa berprestasi kalau dukungan ekonomi tidak cukup. Benar juga sih. Namun, kalau melihat konteks di beberapa tempat di Indonesia, ada program sekolah gratis, namun siswanya malah tidak mau ke sekolah dan orangtua sama sekali tidak peduli dengan situasi itu.Â
Berbanding terbalik dengan ketika ada tawaran beasiswa, orangtua memotivasi anak-anak mereka untuk tekun dan rajin belajar. Karena orangtua merasa dirugikan kalau anak-anak mereka tidak disiplin mengikuti proses belajar di sekolah. Mereka sudah mengeluarkan uang. Mumpung ada tawaran beasiswa, maka sebenarnya itu adalah peluang yang baik untuk direbut.
Saat ini terdengar kekaburan makna istilah antara beasiswa dan bantuan dana pendidikan yang secara merata diberikan kepada anak-anak yang orangtua mereka tidak mampu secara ekonomi. Di manakah sisi yang membanggakan secara akademis kalau istilah beasiswa (Stipendium) sama dengan bantuan dana pendidikan?Â
Di Jerman istilah beasiswa atau Stipendium diberikan oleh Yayasan atau Badan publik tertentu berupa bantuan keuangan bagi mahasiswa, seniman atau sejenisnya untuk jangka waktu tertentu atau untuk suatu karya tertentu. Jadi, jelas tetap ada kaitan dengan prestasi.
Dulu lain, sekarang lain. Ya, orang bisa saja berkutik dengan aneka dalil saat sekarang ini, namun hal-hal yang prinsip seperti soal kualitas dan prestasi akademis mesti harus tetap menjadi prioritas. Karena itu, saya lebih menganjurkan agar beasiswa tetap harus dibedakan dengan bantuan dana pendidikan.
Demikian dua pengalaman kecil masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memberikan saya suatu perspektif tentang betapa pentingnya program beasiswa bagi siswa berprestasi. Tulisan ini bermaksud untuk memotivasi para siswa supaya terus berpacu dalam belajar sehingga prestasi itu nantinya akan dihargai pada saatnya.Â