Anehnya tidak terdengar sahutan sebagaimana biasanya. Bahkan tidak terdengar keributan di sana. Pondok itu terlihat sepi, tanpa ada suara apa-apa.
Duh, ada apa ya? Ini benar-benar tidak biasa. Ini benar-benar aneh. Ketika saya memasuki pondok kecil kami, saya tidak melihat apa-apa lagi. Nuri kesayangan sudah tiada lagi.
Saya tertunduk kecewa, sambil menghela nafas dalam-dalam. Hari-hari itu adalah hari yang menyedihkan bagi saya. Saya merasakan kehilangan Nuri itu bagaikan kehilangan seseorang yang paling berarti dalam hidup saya.Â
Saya hanya bisa bertanya pada ibu kenapa begitu. Ibuku hanya bisa mengatakan bahwa kemungkin Nuri itu dicuri orang. Bara kemarahan saya luar biasa saat itu. Saking marahnya, saya pernah mengatakan kepada ibu saya, "siapa saja yang datang dan singgah di pondok kita, mama jangan kasih makan ya."Â
Itulah kemarahan masa kecil yang masih bisa diingat. Bagaimana selanjutnya?Â
Rasa kehilangan itu tidak bisa diobati satu atau dua hari. Ya, saya membutuhkan waktu dan berkali-kali saya menceritakan kekecewaan saya pada ibuku.
Dalam kekecewaan itu, saya hanya bisa merasakan kedekatan dengan Nuri kesayangan saat berada di kebun. Ya, di sana saya masih bisa mendengar siulan Nuri lainnya di atas pohon kenari atau yang sedang makan jagung muda di kebun.
Sulit bagi saya waktu itu untuk mengusir Nuri-Nuri itu agar menjauh dan tidak makan jagung muda di kebun, karena saya selalu merasa mungkin di antara rombongan Nuri itu ada satu yang pernah menjadi sahabat kesayanganku.
Saya bahkan menikmati dan terhibur ketika Nuri-Nuri itu bisa makan jagung di kebun. Musim jagung muda berakhir, Nuri-Nuri pun pergi, perlahan-lahan rasa kehilangan pada Nuri pun bisa diterima.Â
Ada tiga pokok pikiran yang menghibur dan menyanggupkan saya menerima kenyataan kehilangan dengan ikhlas:
1. Pencuri membawanya dengan kandangnya; bagi saya itu jauh lebih baik daripada saya harus melihat bahwa Nuri itu mati di pondok kami. Saya percaya dan ikhlas bahwa Nuri kesayanganku dibiarkan hidup dan disayangi orang lain.
2. Bagi saya yang penting Nuri itu masih dibiarkan hidup. Rupanya Nuri tidak hanya menjadi milikku. Sukacita bersama Nuri itu mungkin juga dibutuhkan orang lain. Saya ikhlas untuk kepergiannya dan juga untuk dikasihi yang lainnya.
3. Dalam hangatnya kasih sayang kita di tahun 1985, aku telah menulis dan meniru siulan cinta saat engkau terbang menjauh dariku, pergi dari jangkauan mata, bahkan terbang untuk kembali dan bertengger pada genggamanku. Apakah engkau masih hidup? Doaku, semoga populasi kalian dijaga dengan cinta dan kasih sayang. Semoga adamu diterima dan siulanmu memikat hati di tengah kebisingan dunia saat ini dan di negeriku Indonesia.
Salam berbagi, ino, 13.11.2021.