Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sahabat Nuri Hijau, Kapan Engkau Kembali?

13 November 2021   12:42 Diperbarui: 13 November 2021   12:46 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nuri hijau  Sumber dari Citcuit.id

Nuri hijau itu semakin besar bahkan sudah bisa punya sayap yang semakin kuat. Pada saat itulah, ia memberikan Nuri itu untuk saya satu ekor dan satunya untuk anaknya sendiri, teman sebaya saya.

Waktu itu saya begitu senang dan begitu menyayangi Nuri hijau itu. Saya masih ingat terkadang sedang bermain bersama teman-teman sebaya, saya berlari kembali ke rumah sebentar untuk melihat apakah Nuri dalam keadaan baik-baik atau tidak.

Nuri itu sudah dibuatkan kandang sederhana dari bahan bulu hutan yang dianyam. Ya, lumayan bagus juga sih. Sesekali saya mengikat kakinya dengan jenis nilon kecil dan mengeluarkan dari kandangnya.

Saat yang indah adalah ketika saya memandikannya dengan meneteskan beberapa tetes air. Terlihat ia bersiul sambil mengangguk-angguk kepalanya. 

Saya hanya bisa mengerti bahwa ia senang, bahkan sering ia berjalan dengan menggantung kepalanya ke bawah pada sepotong dahan yang saya siapkan. Bagi saya, hidup bersama seekor Nuri hijau itu adalah pengalaman yang sangat menarik dan menyenangkan. 

Rasa sayang dari hari ke hari semakin menjadi-jadi. Pernah suatu ketika, saudara saya menyembunyikan Nuri itu dan saya mencari sambil bertanya-tanya dengan nada kesal luar biasa.

Demikian juga setelah menemukannya kembali terasa begitu senang hati saya. Malam-malam bahkan saya terjaga dan melihat, apakah Nuri hijau itu masih dalam keadaan aman atau nggak.

Kecemasan dan ketakutan mulai saya kenal sejak saat itu. Lebih-lebih ketika saya bermain di halaman rumah bersama sang Nuri kecil itu. Ia beberapa kali terbang dan bertengger di pohon kopi, namun ia terbang dan kembali ke kandangnya.

Duh...rasanya benar-benar ketakutan saat pertama Nuri hijau itu terbang menjauh dari saya. Stres luar biasa. Namun, betapa bahagianya hati saya, ketika ia kembali dan saya masih bisa menggenggamnya sambil mengelus kepalanya.

Suatu ketika saya membawanya ke kebun. Waktu musim jagung muda hampir usai. Terdengar siulan seperti berpantun di arah utara kebun kami. Di atas pohon kenari bertengger beberapa Nuri lainnya yang juga dengan lantang bersiul.

Oh my God, tiba-tiba Nuri kecil di tanganku itu juga ikut bersiul dengan suara yang melengking tinggi. Saya coba mengeluarkan dari kadang dan membuka tali pada kakinya. Saya melepaskan Nuri kesayanganku untuk terbang ke arah Nuri lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun