Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Chicken Parenting" dan Tantangan Pengasuhan Anak-anak Indonesia

9 November 2021   16:15 Diperbarui: 11 November 2021   20:20 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Motivasi apa dibalik Chicken Parenting

Jiwa parenting atau chicken parenting sama-sama merupakan suatu tekanan psikis bagi anak-anak, khususnya di Cina. Mengapa tidak? Coba bayangkan saja, anak-anak mereka sering tidur tengah malam. Alasannya karena anak-anak harus mengikuti berbagai jenis kursus privat, seperti kursus musik, sport, kursus aneka bahasa dan lain sebagainya, belum lagi kegiatan rutin dari sekolah.

Nah, kenyataan ini mengingatkan saya beberapa tahun lalu ketika mengikuti kursus bersama di Jerman. Ada beberapa anak-anak muda dari Cina, selalu saja setiap malam berkumpul dan ribut sampai tengah malam. 

Mereka senang bermain kartu dan banyak lagi aktivitas lainnya, heran dan penasaran sih, kok bisa ya sampai tengah malam setiap hari. Rupanya mereka belajar bersama dengan cara-cara mereka yang unik seperti bagaimana cara menghafal kata-kata dan lain sebagainya.

Tekanan orang tua tentu sangat nyata begitu besar pada anak-anak mereka, bahkan bisa dikatakan jauh melampaui kemampuan anak itu sendiri. Tanpa mendobrak dan sedikit memaksa, maka anak-anak itu akan kalah bersaing dengan anak-anak lainnya. Logika itulah yang terus berkobar membara dalam hati orang tua.

Ya, harapan orang tua agar anak memiliki masa depan dan pendidikan yang lebih baik telah menjadikan tidak hanya orang begitu ekstrim keras dan disiplin pada satu sisi, tetapi juga menjadikan anak-anak mereka stres pada usia dini.

Tentu persaingan jangka panjang itu punya dampak buruk bagi kesehatan  fisik dan psikis anak. Di Cina ada sekitar 25-50 % pendapatan orang tua mereka dipakai untuk pendidikan tambahan, selain pendidikan formal di sekolah. Ya, sebagian besar untuk menyewa guru-guru privat. Bahkan di Cina saat ini, fenomena itu telah menjadi suatu bisnis multi-miliar dolar.

Bagaimana peran pemerintah Cina terkait fenomena Chicken Parenting?

Fenomena Jiwa Parenting itu sudah disadari sebagai bahaya bagi Cina sendiri. Bahayanya adalah jika sebagian besar penduduk Cina hidup dalam semangat Jiwa Parenting, maka populasi kelahiran anak semakin sedikit atau menurun drastis. Itulah kecemasan dari pemerintah Cina itu sendiri.

Rupanya bagi pemerintah Cina, lebih baik angka kelahiran itu bertambah dan mereka siap mensupport pendidikan anak-anak, daripada populasi anak-anak itu sedikit yang lebih merupakan salah satu cara pencapaian pendidikan yang lebih baik dalam kerinduan besar Jiwa Parenting.

Tidak heran Partai penguasa di sana sudah melarang Jiwa Parenting atau Chicken Parenting. Artinya negara sedang berjuang memperbaiki  situasi itu dengan berbagai tindakan, meski tidak mudah, seperti bagaimana bisa melarang adanya les privat secara online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun