Rumah besar tempat tinggal Dr. Weiglein dibangun dengan konsep bhineka, sekurang-kurangnya bisa dilihat dari desain interiornya. Di dalam rumah itu ada ukiran-ukiran Jepara dari bahan kayu asli yang dibawa dari Jepara. Pada sisi depan ke arah dapur terlihat ukiran Bali yang begitu besar.
Pada sisi yang lainnya lagi ada juga bentuk bambu yang bisa saja mewakili budaya di bagian Timur Indonesia. Sedangkan rumah-rumah untuk museum dibangun mirip seperti rumah adat orang Minang dan beberapa daerah lainnya di Sulawesi, Kalimantan.Â
Di sana ada juga tirai jendela yang terbuat dari anyaman bambu, ya mirip sekali dengan yang ada di wilayah NTT. Ya, rumah itu sudah menjadi ungkapan perjumpaan antara yang tua dan kekinian, antara paduan Eropa dan Asia, antara yang tradisional dan yang modern.
Rumah yang melahirkan perspektif tentang dinamika kehidupan di tengah arus perkembangan budaya, seni dan kemajuan di jantung jaringan global saat ini.Â
Demikian ulasan tentang Museum Papua dan partisipasi masyarakat Indonesia melalui gerakan bersama yang dipelopori oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt pada momentum hari Sumpah Pemuda.Â
Decak kagum saja itu tidak cukup, jika tanpa komitmen, kerja sama, tanggung jawab, dan kesadaran untuk melestarikan budaya dan seni warisan bangsa kita. Dalam semangat Sumpah Pemuda, marilah kita bersatu, bangkit dan bertumbuh dalam semangat "satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
Salam berbagi, 31.10.2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H