Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dilema Upah Pekerja Informal dan Tantangan Pendidikan Formal

2 November 2021   04:58 Diperbarui: 4 November 2021   08:11 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Masyarakat perlu disadarkan bahwa pendidikan selalu jauh lebih penting dari segala bentuk kemudahan yang bisa didapatkan setiap hari untuk hidup. Kemudahan untuk memperoleh uang itu tidak berarti sama dengan tidak membutuhkan pendidikan lagi.

5. Pendidikan dibutuhkan bukan cuma untuk kemapanan hidup, tetapi untuk keseimbangan hidup di dalam masyarakat. Ya, keseimbangan hidup karena mereka memiliki cara pikir dan wawasan yang cukup untuk hidup di tengah masyarakat.

Lima pertimbangan di atas kiranya bisa menjadi bahan pertimbangan sekaligus bisa menjadi acuan untuk menentukan pilihan antara menetap sebagai pekerja informal dengan upah yang sangat tergantung pada rezeki dan berjuang menikmati pendidikan formal untuk memiliki keseimbangan berpikir sehingga hidup menjadi lebih mapan dan baik. Tentu dengan harapan perlunya tanggapan serius dari pemerintah terhadap kenyataan ketidakseimbangan yang terjadi saat ini.

Pendidikan sebagai pilar penting bagi kemajuan bangsa

Tanggapan serius pemerintah dapat memberikan kejelasan konsep bahwa pendidikan itu tetap selalu merupakan pilar penting bagi kemajuan bangsa daripada sebagai pekerja informal dengan upah tergantung rezeki itu. Keseriusan pemerintah memberikan jawaban sama dengan memperhitungkan gaji yang pantas untuk tenaga guru honor dan tenaga bantu perawat di desa-desa.

Ini penting lho! Ada bahaya bahwa jika nasib perawat dan guru honor di desa itu sama dengan nasib tukang parkir, bahkan tukang parkir lebih beruntung, maka motivasi generasi muda untuk menikmati pendidikan akan sungguh dipertanyakan. 

Ngapain cape-cape kuliah, kalau gaji kita tidak lebih besar dari upah tukang parkir? Ungkapan seperti itu harus sungguh ditepis dari gagasan generasi muda.

Cara yang tepat untuk menepis cara pikir itu adalah dengan memberikan penghargaan yang pantas kepada para perawat dan tenaga guru honor di desa. 

Demikian beberapa gagasan yang memperlihatkan dilema antara upah pekerja informal dan pendidikan formal dengan sorotan solusi yang mungkin perlu dipertimbangkan lagi oleh pemerintah.

Setiap kebijakan pemerintah yang mendukung minat dan motivasi generasi muda untuk mencintai dan menikmati pendidikan harus didukung dengan penghargaan yang pantas sesuai standar pencapaian mereka. Tanpa keseimbangan itu, maka yang ada cuma ironi dan ketidakadilan sosial, bahkan situasi paradoksal yang semakin tajam. 

Salam berbagi, ino, 2.11.2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun