Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Cara Menulis tentang Kisah Perjumpaan Harian

19 Oktober 2021   09:15 Diperbarui: 23 Oktober 2021   15:46 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Perhatikan kata-kata apa yang paling sering diucapkannya

Intensitas seseorang menggunakan kata yang sama bisa menjadi indikasi dengan beberapa kemungkinan: pertama, seseorang itu menyukai kata itu karena bersentuhan dengan pengalaman hidupnya, bisa karena kecewa atau juga karena hal yang menyenangkan. 

Kedua, pengucapan kata yang sama dalam kurung waktu yang singkat bisa menjadi suatu cara mewariskan kata kepada pendengar hingga sampai pada tingkat identifikasi diri dengan pengucapnya. 

Saya masih ingat saat saya berjumpa dengan seorang ibu yang berusia 103 tahun. Perjumpaan pertama cuma dalam waktu satu jam, namun berapa sering kata yang sama itu telah diucapkannya. 

Maaf mengucapkan kata yang sama bukan karena ia tidak waras, tetapi kata itu telah menjadi bagian hidupnya. Setiap dia mendengar cerita saya, jawabnya selalu, "terima kasih." 

Ya, terima kasih selalu diucapkannya berulang-ulang, hingga saya menjadi sadar dan bertanya kenapa ia mengucapkan kata "terima kasih begitu sering seperti itu?" Kunjungan dan perjumpaan pertama rupanya menjadi alasannya untuk mengucapkan terima kasih berulang-ulang. 

Dalam suatu kesempatan lain, saya spontan berjumpa dengan seorang lainnya yang adalah teman dari ibu yang telah berusia 103 tahun itu. Nah, katanya pada saya, "Oh ibu itu terkenal dengan nama ibu terima kasih."

Dalam hati saya langsung merasakan pesan yang begitu kuat seakan-akan seperti ini:

"kamu harus hati-hati ya dalam menggunakan kata-kata saat kamu menulis. Pakailah kata-kata positif sesering mungkin supaya dirimu identik dengan kata itu. Ampun deh, saya jadi was was dengan kata. Kata itu hidup. Kata itu awal. Kata itu bisa menjadi diriku."

3. Perhatikan cerita tentang masa lalunya

Masa lalu yang sering diceritakan itu ternyata ada dua. Pertama, masa lalu yang menyenangkannya. Kedua, masa lalu yang mengecewakannya. 

Dari rangkaian perjumpaan yang saya alami, tampak bahwa lebih banyak orang bercerita tentang masa lalu mereka yang menyenangkan. Masa lalu seperti itu mudah dikenang karena begitu membekas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun