Tulisan ini tidak berusaha memengaruhi siapa saja untuk menghindari rumah sakit dan obat-obatan, tetapi hanya sekedar sharing di tentang suatu perjuangan menjadi sembuh di tengah kesulitan dan krisis karena ketakutan masyarakat dirawat di rumah sakit.
Pertanyaan, bagaimana kemungkinan sembuh bisa terjadi di tengah situasi krisis ketakutan dirawat di rumah sakit?
Berikut ini ada beberapa cara praktis upaya untuk merawat hidup di tengah situasi sulit itu:
1. Kemungkinan untuk memperoleh infus di rumah
Kemungkinan pertama ini bisa dilakukan setelah berkoordinasi dengan para dokter di rumah sakit dan juga dengan petugas pelayanan kesehatan terdekat atau yang ada di desa-desa. Cara ini ternyata sangat menolong khususnya di tengah pandemi ini.Â
Pelayanan kesehatan tidak lagi terpusat pada rumah sakit, tetapi pelayanan kesehatan diarahkan ke rumah-rumah, khususnya bagi mereka yang membutuhkan. Pelayanan seperti itu tentu sangat baik, apalagi tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Petugas lapangan tentu punya peran penting yang harus diapresiasi dalam hal ini. Keberanian mereka untuk melayani orang-orang sakit di desa-desa sungguh merupakan bentuk pengabdian yang mulia.
2. Penggunaan bumbu makanan yang diyakini sebagai obat
Bincang-bincang sore dan cerita spontan mereka sungguh mengejutkan bahwa di tengah krisis pandemi itu, masyarakat di pedesaan mencoba mengolah bumbu-bumbu makanan yang selama ini hanya untuk bahan makanan sehingga menjadi bahan obat-obatan.
Sekurang-kurangnya jenis tumbuhan seperti jahe, lengkuas, sereh, kencur sudah menjadi semacam jenis bumbu masakan yang menjadi adonan pilihan masyarakat yang sedang mengalami badan pegal, ngilu, hilang aroma dan rasa. Ya, gejala yang cukup sering dikenal kebanyakan orang yang menderita covid-19.
Sampai dengan saat ini, sebagian masyarakat di wilayah pedesaan masih percaya pada khasiat praktis dari jenis tanaman bumbu masakan itu. Tentu dengan cara yang beragam pengolahannya. Ada yang kencur itu dihaluskan kemudian dilumur pada bagian kepala, ada yang meminum air jahe dan sereh, dan cara-cara lainnya.
3. Tetap melakukan aktivitas sehari-hari
Melakukan aktivitas sehari-hari memang sudah merupakan kebiasaan yang tidak pernah dilihat sebagai kewajiban, apalagi pada masa pandemi dan secara khusus ketika gejala-gejala aneh menerpa tubuh. Meskipun demikian, masyarakat pedesaan semakin menyadari bahwa melakukan aktivitas sehari-hari itu berubah menjadi sesuatu yang harus justru pada saat gejala itu semakin dirasakan.
Alasan sederhana mereka adalah agar badan tetap berkeringat dan hangat, bahkan ada yang yakin bahwa itu pada keadaan sedang merasakan gejala-gejala yang bisa diindikasikan covid-19, orang perlu tetap bergerak hingga berkeringat.