Saya masih ingat di tahun 1989 harga cengkeh tiba-tiba jatuh, bahkan pada waktu muncul pembicaraan di kalangan masyarakat sampai pada tingkat kebencian pada tanaman. Tidak heran, para petani yang punya kebun cengkeh dirasuk dengan pola pikir yang salah, hingga marah dan menebas semua cengkeh mereka.
Pola pikir dan pendirian masyarakat pedesaan seakan-akan sangat mudah dipermainkan oleh pihak-pihak pembeli yang datang dari kota. Fenomena seperti itu masih terjadi hingga sekarang ini. Cuma bedanya bahwa petani di desa tidak begitu emosional sampai menebas tanaman mereka, yang biasa terjadi adalah mereka menelantarkan tanaman yang harga sudah jatuh di pasaran.Â
Pertanyaan terkait hal ini , siapa pemain harga pasar komoditi masyarakat hingga lingkaran setan itu terus berulang dari tahun ke tahun? Anehnya, masyarakat desa tidak pernah menganalisis dan protes, tetapi berusaha menerima begitu saja.Â
Mengapa keadaan seperti itu dibiarkan terjadi atau terus terjadi? Sebetulnya karena pemerintah sendiri tidak punya kendali terhadap permainan pihak yang punya modal penguasa pasar.
Keadaan tidak terkendalikan itu terjadi karena regulasi dari pemerintah terkait penentuan harga jual beli komoditi masyarakat itu sama sekali tidak ada, sehingga pembeli begitu liar bermain harga sesuka hati mereka.
Logika pasar hingga terjadi seperti ini di mata para pembeli, "Jika komoditi masyarakat berlimpah-limpah, ya kita turunkan harga pembelian dari petani atau penjual pertama. Dengan pertimbangan kita akan menjual lagi dengan perolehan keuntungan yang sangat besar."
Dalam konteks seperti itu, sebetulnya bisnis waralaba menjadi begitu menguntungkan karena proses jual beli masuk ke dalam regulasi resmi yang dilindungi dan diakui pemerintah dan bukan liar.
Mimpi masyarakat desa sebenarnya terbentuknya suatu wadah yang mengatur dan menata pasar jual komoditi masyarakat secara resmi tanpa kompromi dan manipulasi suka-suka dari pihak pemilik modal.
5. Kegalauan hidup karena budaya tiru
Kehidupan masyarakat pedesaan sangat kuat dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat mereka masing-masing. Faktor budaya dan adat istiadat itu cukup kuat memengaruhi pola pikir dan rencana hidup untuk suatu perubahan dan masa depan.
Masyarakat pedesaan cukup sering dipengaruhi oleh budaya tiru. Artinya, jika seseorang melihat tetangganya punya usaha seperti itu, maka yang lain akan juga melakukan hal yang sama.