Semua istilah dan segala tema yang bisa dikatakan problem dan keterbatasan di desa-desa, sebenarnya sudah merupakan problem, keterbatasan dan kesulitan masa lalu orang di tempat lain. Â Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah cuma waktu dan kemauan untuk belajar dari pengalaman orang lain.
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini, sudah memanjakan siapa saja untuk tahu dan belajar di mana saja dan kapan saja. Karena itu alasan ketertinggalan sebetulnya bukan utama, tetapi karena hal-hal praktis saja. Jika orang sudah mulai mengambil langkah awal, maka selanjutnya dia akan terus mencari tahu, bagaimana menemukan solusi yang sedang dihadapinya.
3. Tenaga motivator
Pada tahun 1990 saya mendengar pertama kali kata motivator desa. Para motivator itu adalah orang-orang lapangan yang sudah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan. Mereka sudah dibekali, kemudian pergi ke desa-desa untuk berdiskusi, mendampingi petani desa, dan bahkan lebih dari itu mereka memberikan motivasi.
Tenaga motivator itu tidak harus orang dari desa itu, tetapi terbuka orang dari luar, bahkan dari provinsi dan kota lain. Peluang untuk suatu dinamika berbagi pengalaman, wawasan dan keterampilan menjadi sangat besar.Â
Praktisnya saya membayangkan bahwa jika ada tenaga motivator yang bersedia atau ditugaskan untuk mendampingi masyarakat desa terkait bagaimana usaha waralaba, maka saya yakin akan ada pula pengusaha waralaba di desa-desa.
Siapa yang harus menyediakan tenaga motivator untuk saat ini. Saya akhirnya berpikir sangat besar kemungkinan gagasan ini terhubung dengan kementrian desa tertinggal. Apakah mungkin program yang terhubung dengan desa tertinggal itu menyediakan juga tenaga motivator desa?
Motivator desa bisa disesuaikan dengan topografi dan jenis usaha yang ada dan hidup di desa-desa. Karena itu, tenaga motivator adalah orang-orang yang sudah dipersiapkan secara khusus, misalnya dia harus punya wawasan tentang manajemen keuangan, manajemen organisasi, pengetahuan lain tentang pertanian, usaha waralaba dan lain sebagainya yang positif untuk kehidupan orang di desa-desa.
Tentu juga terlalu ideal untuk seorang tenaga motivator yang memiliki kemampuan serba bisa, namun yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk dialog secara terbuka dengan masyarakat desa. Dengan demikian masyarakat bisa dibantu juga untuk akses informasi yang tepat sesuai kebutuhan mereka.
Berkali-kali saya mendengar curhatan masyarakat desa terkait fenomena ini: Kenapa ya, saat cabe dari kebun kami mencapai puncak panen dengan hasil yang berlimpah, harga cabe tiba-tiba turun drastis? Bukan cuma terkait cabe, tetapi juga terkait hasil komoditi lainnya.