Senja, hari ini aku mulai dengan tanya: mengapa wajahmu hari ini berbeda?
Mengapa wajah ceriamu terpancar begitu kuat hingga menembus jendela kaca kamar karantina ku?
Senja, satu-satunya penghibur sejati yang bukan saja merayu mataku hingga sayup terkagum-kagum, tetapi juga
mengelusnya hingga lelap tertidur saat pergimu berulang kembali.
Hari ini engkau pergi dari angkasa terbuka dengan rona merah ceriah masuk kembali ke rahim bumi.
Ceritamu berubah dari hari kemarin, engkau sang perubahan yang tidak hanya melukis duka dan larut haru dengan duka manusia.
Engkau mengubah wajah manusia dengan tatapan penuh aura cinta, ramah dan bersahabat.
Senja, engkau begitu jujur menyapa kehidupan dengan wawasan dan gagasan yang penuh dinamika.
Hari ini engkau tampil beda. Pergi ke rahim bumi dengan senyum segar, seakan menitip satu syair janji.
Besok aku akan datang lagi dengan wajah baru dari angkasa keindahan yang selalu baru.
Senja, aku hanya mau katakan bahwa aku tidak pernah bosan setiap hadir dan pergimu.
Hadirmu menggetarkan nalar, pergimu membuka ruang hening batinku.
Di manakah senja pada pukul 18.16 waktu Jakarta?
Senja, pergimu adalah diam, sunyi dan sabar.
Aku menunggumu dengan setia dari ruang karantina.
Engkau bagaikan teman setia yang setiap hari berdiri di balik jendela, melambaikan tangan agar aku tetap sabar dan positif melihat semua.
Tidak tega melepasmu pergi dari gairah mendengar ceritamu hari ini.
Tapi....aku tidak menyesal, karena engkau datang lagi besok dengan wajah yang sudah beda.
Senja...., aku ingin melukis hadir dan pergimu sekali lagi.
Meine Liebe Senja, Auf Wiedersehen.
Salam berbagi, ino, 3.08.2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI