Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Toxic Positivity Itu Tidak Selamanya Negatif

29 Juli 2021   14:42 Diperbarui: 5 Agustus 2021   08:35 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emilka, sejauh mungkin kamu lakukan itu setiap hari, ya 3 kali sehari, saat bangun tidur, saat siang dan pada waktu sebelum tidur." Nasihat saya lagi. 

Tapi jawabnya juga sudah terasa begitu tenang waktu itu, "Terima kasih ya." Sambil menatap saya. Duh jantungku berdebar banget lho saat itu. 

"Aku dukung kamu dan kamu pasti sembuh. Suatu waktu kita pasti bisa bertemu di meja hijau lagi, maksudnya di meja pingpom lagi. Dua minggu Emilka melakukan terapi, dengan cara yang paling sederhana tanpa biaya itu.

Ya, ia cuma berkata pada air tentang kerinduannya yang paling dalam itu. Ia kemudian kembali ke dokter untuk mengecek keadaannya kankernya. Ternyata kankernya tidak ada perubahan apa-apa.

Ia datang dengan wajah begitu kecewa karena seakan-akan cara yang pernah diajariku adalah cara konyol, belum lagi pakai Toxic positivity pula: kamu harus....banyak yang bisa seperti itu dan lain sebagainya.

"Emilka, jangan putus asa, kamu harus melakukannya sekali lagi dengan tulus dan pasrah seakan-akan tidak ada ara lain lagi dan cara berkata pada air tentang kerinduanmu itu adalah cara andalanmu satu-satunya," motivasinya yang sulit dibedakan dengan Toxic positivity.

Vonis terakhir dokternya adalah bahwa dalam waktu satu minggu lagi Emilka harus dioperasi. Sedihnya luar biasa, ia tampak begitu takut. 

Lagi-lagi, bermain Toxic positivity, "Emilka, tolonglah kamu harus lakukan sekali lagi lebih intensif dalam waktu satu minggu sebelum foto rontgent untuk proses operasi. Siapa tahu dalam waktu satu minggu ini, terjadi perubahan itu. Mukjizat itu bisa juga nyata, bukan saja pada orang lain, tetapi pada dirimu juga."

Seminggu berakhir, ia membawa beberapa temannya ke dokter untuk menunggu proses operasinya. Saya sudah pulang ke Mainz dan hanya mendapatkan kabar pada waktu itu dia segera dioperasi.

Tiba-tiba pada siang hari saya di teleponnya dengan suara yang aneh. Ia menangis campur gembira sambil berteriak-teriak, "oh Tuhan....Tuhan...terima kasih...terima kasih."

Saya hanya penasaran, kenapa ya, tiba-tiba jadi seperti itu. Gak jadi operasi atau apa ya? Tanya dalam hati saya. Emilka katakan bahwa dirinya sudah sembuh, jadi tidak perlu dioperasi lagi, ya berdasarkan hasil foto yang terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun