Saya tidak bermaksud meremehkan kemenangan Italia kemarin, tetapi lebih dari itu saya ingin menyoroti aspek sifat dari suatu kemenangan itu.
Kemenangan itu sementara, apalagi kemenangan dalam konteks sepak bola. Orang bahkan juga menyebut kemenangan yang seakan-akan diberi oleh orang lain, misalnya menang karena banyaknya gol ke gawang sendiri.
Bagaimanapun juga kemenangan dalam konteks sepak bola saat ini, di pertengahan Juni masih dianggap kemenangan sementara, karena kemenangan hari kemarin belum dianggap sebagai kemenangan hari terakhir di babak final nanti.
Kemenangan kemarin atau hari ini mungkin bisa membuat orang semakin optimis untuk suatu kemenangan pada babak final, namun itu bukan merupakan jaminan, apalagi seakan-akan otomatis.
Orang perlu memperhitungkan kemenangan kemarin (masa lalu) dan kemenangan hari ini (masa sekarang) bukanlah suatu pintu otomatis tanpa kerja keras dalam meraih kemenangan akhir (masa yang akan datang).
Perhitungan bijak agar tidak berlebihan merayakan kemenangan masa lalu dan masa sekarang agar jika terjadi kegagalan di masa yang akan datang, orang tidak terlalu menganggapnya sebagai hal yang memalukan.
2. Di atas langit, masih ada langit
Peribahasa ini sudah dikenal oleh kebanyakan orang. Dalam konteks ulasan ini, saya menggunakannya sebagai alasan untuk menjelaskan mengapa orang perlu mengukur cara merayakan suatu kemenangan.
Ya, kemenangan pada hari ini, belum tentu menjadi kemenangan untuk hari esok, apalagi untuk suatu kemenangan yang akan datang. Saya yakin peribahasa seperti "di atas langit masih ada juga langit" akan berlaku bagi orang-orang yang tidak bijak merayakan kemenangannya.
Peribahasa itu bukan sekedar kata-kata biasa, tetapi kata-kata bijak yang nyata terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Lebih baik orang belajar mencermati kata-kata bijak, daripada melampaui kata-kata bijak.
Apakah Italia akan meraih kemenangan pada babak final nanti? Saya tidak yakin bahwa akan terjadi seperti yang warga Italia sendiri yakin saat sekarang ini.