Makna dari pertanyaan itu sebenarnya menjadi tidak bermakna lagi untuk orang-orang dekat atau orang yang sudah mengenal karakter seseorang. Padahal, pertanyaan itu untuk sebagian orang baru merupakan tanda perhatian dan rasa ingin tahu tentang suatu keadaan.
Persoalan makna dan keseringan orang mengucapkan kata-kata atau pertanyaan yang sama akhirnya berdampak pada kesan nir makna, bahka bisa dikatakan oberflaechlich atau dangkal.
Apalagi kalau keseringan seseorang dalam bertutur kata dan bersikap terkait hal yang sama sudah bisa didefinisikan sebagai Toxic people, maka pertanyaan positif apapun akan ditanggapi sebagai sekedarnya saja atau bisa menjadi basa basi dangkal.Â
Sambil mengacu pada tulisan dari Kompasianar I Ketut Suweca yang memberikan definisi terkait istilah "Toxic People" bahwa terminologi ini menggambarkan keadaan seseorang yang punya kecenderungan atau "suka menebarkan sikap dan perilaku negatif."
Baca selengkapnya: "Toxic People", Begini Ciri-ciri dan Cara Menghadapinya!
Saya juga melihat bahwa gejala Toxic people itu ada di dalam pertanyaan was gibt es Neues. Mengapa? Berkali-kali ketika orang yang sama mengajukan pertanyaan itu, akhirnya ditanggapi secara sinis, karena rasa dari pertanyaan itu hanya memicu untuk gosip atau Toxic people.
Tentu, pertanyaan "was gibt es Neues?" kehilangan makna hanya karena sebagian orang dalam lingkup pergaulan tertentu telah mengenal konteks dan karakter seseorang sampai dengan kecenderungan negatifnya.
Bagi saya, Toxic people sangat erat hubungannya dengan gosip kaleng. Mengapa? Tentu, saya berangkat dari pengalaman pernah terjerumus ke dalam Toxic people dan gosip kaleng.
Itulah kenyataanya bahwa keasikan ngobrol bersama teman bule, kadang larut dalam diskusi dan pembicaraan yang tidak sadar sebenarnya secara tidak langsung adalah sebuah Toxic people dan gosip.
Toxic people dan gosip kaleng rasanya beda-beda tipis, karena berisikan pembicaraan tentang kekurangan orang lain. Anehnya, tema-tema seperti itu justru dirasakan nikmat dan dinikmati bukan saja orang Indonesia, tetapi juga teman-teman dari beberapa negara juga sama.
Jadi, gejala Toxic people dan gosip itu sebenarnya gejala global manusia dengan cara baru di zaman modern ini.Â