Hobi menulis itu ternyata bisa masuk dalam dunia yang menggoda. Ya, lagi-lagi menggoda untuk masuk ke dalam perangkap kepentingan tertentu. Memang harus diakui bahwa orang tidak mungkin bebas dari kepentingan tertentu.
Menulis untuk dijadikan arsip dan kenangan pribadi pun adalah bagian dari kepentingan tertentu. Kepentingan tertentu yang saya maksudkan adalah kepentingan seseorang diluar penulis.
Nah, saya pernah ditawar oleh pasangan calon bupati agar bisa menjadi corong promosi paket calon bupati. Setelah saya pikirkan, saya akhirnya menolak.
Pertimbangan kebebasan dalam menulis bagi saya jauh lebih penting dari tawaran uang. Hal ini karena, ketika penulis itu memihak salah satu kepentingan, maka terbaca bahwa pada suatu masa, isi tulisan itu tidak independen dan objektif.
3. Apa yang orang tulis akan menjadi jejak alur berpikir seseorang pada suatu masa
Pertimbangan terkait jejak alur berpikir seseorang pada suatu masa itu tidak pernah dipisahkan dari pergulatan pribadi seseorang pada masa itu. Suatu masa yang penuh janji memperoleh uang melalui tulisan, akan berbeda dengan suatu masa di mana penulis itu betul bebas menulis.
Penulis yang benar bebas menulis memang akan dihargai termasuk memperoleh uang. Nah, itu bedanya menulis untuk mengejar uang dan menulis yang kemudian dihargai, entah dengan uang, sertifikat atau apa pun bentuknya.
Pengalaman pribadi telah membuktikan bahwa menulis untuk mengejar uang selalu berbeda dengan menulis karena letupan bebas dalam hati dan pikiran.
Tentu, banyak penulis punya pendapat sendiri terkait hal ini. Pada prinsipnya jauh lebih tenang ketika menulis tanpa mengejar uang. Sebaliknya, galau bisa datang, jika suatu waktu tidak ada hal yang menarik untuk ditulis atau bahkan tidak ada gagasan yang unik, maka badan pun terasa tidak enak.
Pengalaman masa lalu ternyata mengajarkan demikian, uang tidak boleh menjadi pengendali dari hobi dan gairan dalam menulis. Akan tetapi, jika menulis itu sudah menjadi sebuah profesi, maka penulis perlu tetap kreatif dan memberi yang terbaik.
Uang bukan sebagai motor penggerak. Inspirasi yang bisa dibagikan itulah yang mesti menjadi energi dasar yang menggerakan nurani dan nalar penulis.