Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

3 Cara untuk Hadapi Dilema Mudik Saat Covid-19

11 Mei 2021   02:46 Diperbarui: 11 Mei 2021   03:17 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tidak peduli larangan mudik. Diambil dari dw.com

Padahal, semua orang tahu, sejak jauh hari, pemerintah sudah mengeluarkan larangan mudik  dalam hal ini SE Satgas Penangan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 Tentang Peniadaan Mudik Hari Idul Fitri 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah (Kompas.com 9/4/2021).

Sebetulnya tidak ada kendala lagi, jika semua orang taat dan bisa mengatur dirinya. Kenyataan membuktikan bahwa sebagian orang tidak peduli dengan larangan dan aturan-aturan pemerintah, meskipun sifat dari aturan itu adalah mengikat semua kalangan.

Pertanyaannya sekarang, kira-kira pendekatan apa yang bisa memberikan kemungkinan bagi sebagian besar orang untuk mengikuti aturan larangan mudik secara bermakna.

2. Pesan Nabi dan Kemanusiaan

Saya berani mengatakan lagi-lagi semua ini terkait dengan cara pandang masing-masing orang orang. Andaikan semua institusi, baik pemerintah maupun agama menyerukan hal yang sama, namun kalau setiap orang tidak peduli dengan seruan larangan itu, maka tidak ada gunanya.

Umat muslim pasti tahu cerita tentang Nabi Muhammad saw dan pidatonya di Arafah. Di sela-sela pidatonya, Nabi bertanya kepada lautan manusia yang hadir. 

"Bukankah aku telah sampaikan (pesan-pesan) ini?" Dan semuanya menjawab: "Benar! Engkau telah sampaikan." Lalu Nabi berpesan agar yang hadir menyampaikan isi pidato beliau itu kepada yang tidak hadir. Dikatakan bahwa inti dari pidato di Arafah itu adalah tentang nilai-nilai kemanusiaan. (bdk. Karya-karya Lengkap Nurcholish Madjid, 2221-2222). 

Saya percaya pesan tentang kemanusiaan dari Sang Nabi tetap penting dan relevan hingga saat ini. Nilai kemanusiaan tetap merupakan nilai yang penting.

Rujukan terkait pesan itu, mungkin bisa membuat kita ingat akan hubungan antara pesan-pesan di depan lautan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

Meskipun demikian, sekali lagi kembali kepada pribadi masing-masing, sejauh mana orang menaruh hormat pada pesan positif pemerintah terkait situasi konkret saat ini dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan isi pesan itu kepada orang lain yang mungkin tidak tahu atau tidak mendengar.

3. Kerja itu lebih sehat daripada mudik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun