Karena itu, sebenarnya tema tentang kebebasan bagi mereka yang sudah divaksin terasa terlalu cepat untuk dibahas. Karena sebagian besar orang bukan hanya pada suatu negara, tetapi secara global belum mencapai seperempat dari penduduk dunia yang divaksin.
Di manakah solidaritas kita dengan orang lain di negara lain? Hal menarik lainnya bahwa India telah menyerukan permohonan bantuan dari negara-negara lain di Eropa.
Bahkan bantuan itu sedangkan dalam proses penyalurannya. Jerman misalnya menjadi orang pertama yang mengaturnya melalui jalur sumbangan yang diorganisir pihak keuskupan dan caritas.
Padahal kalau dilihat, angka yang divaksin di India, 164. 876.248 jauh lebih besar dari Indonesia, bahkan jauh lebih besar dari Jerman. Inilah keanehan dunia saat ini.
Pandemi ini dikenal umum bahwa  punya dampak kematian jutaan manusia di seluruh dunia, ada sekitar 3, 2 juta yang meninggal dan 156,6 yang terinfeksi sebagaimana dirilis Rainer Radtke (7/05/2021).
Pantaskah dengan mempertimbangkan angka penyebaran dan angka kematian seperti itu lalu membicarakan tentang kebebasan lebih seperti sebelum covid-19? Tema kebebasan bisa saja menjadi tema diskusi untuk mengkaji lebih matang terkait dampak-dampaknya.
Meskipun demikian, sangat jelas bahwa tema itu belum layak untuk direalisasikan di negara-negara yang berpenduduk besar seperti China, USA, India, Brazil dan Indonesia.Â
Nah, hari ini 8 Mei adalah peringatan hari Palang Merah sedunia. Saya yakin peringatan hari Palang Merah Internasional ini adalah momen yang tepat untuk mengenang pilihan utama dari palang merah itu sendiri.
Pilihan keberpihakan pada kemanusiaan adalah opsi yang tidak tergantikan dalam hal ini. Pertanyaan penting terkait diskusi politik di Eropa saat ini tentunya, apakah kebebasan dalam arti bukan sebagai suatu paham filosofis itu harus diutamakan daripada kemanusiaan?
Kebebasan yang dimaksudkan dalam konteks ulasan ini adalah kebebasan praktis di mana orang diberikan ruang untuk berjumpa dengan orang lain sebebas-bebasnya tanpa batas tertentu dengan istilah seperti lockdown.
Atas dasar apa pemberian ruang bebas itu kepada mereka yang sudah divaksin? Tentu tetap menjadi pertanyaan kritis yang perlu tetap dikaji lebih dalam lagi alasan-alasannya.