Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Babi-Babi di Hutan Mati, Piton Masuk Kampung

7 Mei 2021   03:32 Diperbarui: 7 Mei 2021   10:24 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan kisah horor, tetapi sebuah kisah nyata yang memang pernah terjadi, namun tidak pernah dicari tahu bagaimana kepastiannya. Pertanyaan yang relevan saat ini: Apakah kematian babi  itu karena terkena serangan Covid-19 atau ada penyakit lain sejenis flu babi?

Bagaimana cara dan upaya pemerintah agar misteri kematian babi ini segera terungkap dan menjadi fenomena yang jelas dan pasti terkait penyebabnya.

Fenomena kematian babi ini tentu tidak ada kaitannya dengan babi ngepet yang pada beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial. Fenomena kematian babi hutan di sekitar Desa Kerirea, Kecamatan Nangapanda itu terjadi hampir setahun ini. 

Sementara itu fenomena yang sama ternyata terjadi juga di tempat lain. Di Bali misalnya seperti dilansir CNN Indonesia (03/02/2020) ada ribuan babi dilaporkan mati tanpa diketahui penyebabnya. 

Klaim sementara sebagai penyebabnya adalah virus, namun virus apa dan bagaimana penularan dan seberapa daya jangkitnya sama sekali belum diketahui sampai saat ini.

Sementara itu, kematian babi juga terjadi di Palembang. Sebagaimana dilansir Kompas.com (03/7/2020) bahwa ada 878 ekor babi di peternakan Palembang dilaporkan mati. 

Dugaan yang disampaikan oleh ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Cabang Sumatera Selatan adalah kematian ratusan babi itu karena terkena virus flu babi.

Nah, bagaimana dengan kenyataan kematian babi di hutan lindung desa Kerirea, Nangapanda, Ende, Flores, NTT? Apakah PHDI Cabang NTT sudah melakukan pengambilan sampel untuk mengetahui jelas penyebab kematian babi-babi itu.

Kemungkinan besar fenomena itu dianggap bisa, namun perlu diperhatikan bahwa jika penyebab kematian babi-babi itu dari virus, maka ada kemungkinan virus itu bisa juga berpotensi jangkit pada manusia.

Kendala yang tidak mudah bagi fenomena yang diangkat ini adalah babi-babi hutan. Ada begitu banyak babi hutan yang dilaporkan mati dan ditemukan di hutan.

Sudah pasti tidak ada yang menguburkan babi-babi itu sebagaimana layaknya di Palembang. Karena itu, potensi untuk penyebaran penyakit melalui binatang lain yang mungkin memakan bangkai itu menjadi sangat besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun