Kemungkinan yang lain adalah barang asing itu merupakan hasil modifikasi yang disetarakan dengan generasi terbaru. Pertanyaannya sama, siapa sih yang benar-benar tahu. Di mana-mana selalu yang namanya hidden agenda dari suatu produk.
Kegagalan dalam mengetahui kepastian dari sekian banyak kemungkinan-kemungkinan ini, tentunya berakibat fatal atau bisa mendatangkan bencana.Â
3. Daya tahan dan keamanan dalam beroperasi sangat beresiko dan mengalami persoalan teknis mekanik
Kemungkinan ketiga yang tidak kalah penting, bahkan selalu menjadi alasan di tengah kebuntuan pencarian alasan adalah persoalan teknis mesin yang tidak bisa dikontrol tenaga manusia.
Bahkan tidak boleh dianggap sepele bahwa usia barang asing itu juga sangat menentukan kualitas dan efektifitas. Sebagai contoh kapal selam Nanggala sebagaimana dilansir Kompas.com (22/04/2021) adalah buatan Jerman pada tahun 1978 yang dipesan pemerintah Indonesia pada tahun 1979 dan  diserahkan kepada Indonesia pada Oktober tahun 1981.Â
Karena itu, ada pula tantangan untuk anak bangsa:
1. Bagaimana anak bangsa bisa menciptakan alutsista sendiri yang mudah dikuasai dan berkualitas baik
2. Bagaimana anak bangsa menguasai teknik mesin alutsista meskipun adalah barang asing: bahasa dari negara yang memproduksi mesin alutsista harus bisa dikuasai.
3. Bagaimana memiliki keahlian khusus dan terus mempelajari, bahkan menguasai ilmu kemaritiman, keadaan darat dan udara Indonesia. Termasuk harus memiliki pengetahuan tentang titik-titik arus yang harus dihindari.
 Pengetahuan tentang laut, darat dan udara memang mesti menjadi prioritas pelajaran anak bangsa. Meskipun demikian, semua orang tentu tidak pernah tahu kapan ajal itu tiba.Â
Ya, belajar dari peristiwa demi peristiwa dan beberapa kali kecelakaan terkait alutsista TNI/POLRI, maka evaluasi dan pandangan kritis terkait alutsista asing perlu menjadi perhatian bangsa.