Siapa sih yang benar-benar tahu bahwa barang asing itu adalah barang baru. Atau siapa yang benar-benar tahu bahwa barang asing itu adalah barang yang berkualitas.Â
Bisnis dan perdagangan alutsista adalah bagian dari tema politik yang mau tidak mau harus ditafsir dengan arah yang bermacam-macam. Bencana alutsista perang selalu ada hubungannya dengan reputasi militer suatu negara. Nah, bagaimana dengan Nanggala?
3. Barang asing berarti barang baru yang siap dipelajari
Tidak bisa dielakan bahwa alutsista produksi asing itu sendiri menumbuhkan rasa ingin tahu anak bangsa untuk menguasai, bahkan bisa memproduksi sendiri.
Proses belajar bisa saja bukan saja soal teknik praktis tetapi juga berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem yang umumnya bagi negara asal pembuatannya selalu dilakukan dengan tenaga mesin pula. Mengapa begitu? Tentu semua itu dilakukan berkaitan dengan kualitas dan keamanan.
Saya ingat cerita tentang mesin cuci alat-alat masak yang rusak, lalu direparasi oleh tenaga ahli mesin cuci yang didatangkan secara khusus. Pada sesi terakhir dari reparasinya, diambilkan satu alat kecil yang ditempelkan pada mesin cuci itu, lalu mesin itu memberi tahu melalui lampu hijau dan juga dokumen tertulis bahwa mesin cuci sekarang dalam keadaan baik dan layak untuk dipakai.
Selanjutnya saya melihat ada 3 Resiko dari barang asing:
1. Ada kemungkinan barang bekas yang sudah pernah dipakai dan direparasi
Resiko dari barang asing adalah menyisakan kemungkinan-kemungkinan seperti itu adalah barang bekas yang sudah pernah rusak dan direparasi. Semuanya bisa saja ada dan mungkin.Â
Tingkat kenyamanannya itu sampai kapan. Tentu yang tahu tentang kekuatan dan kelemahan alutsista itu sebenarnya cuma tenaga ahli dari negara yang menghasilkan mesin itu. tentu dengan bantuan mesin-mesin lain buatan mereka yang secara khusus untuk mendeteksi kelayakannya.
2. Ada kemungkinan barang asing itu hasil dari modifikasi dari produksi asli yang fungsinya tidak maksimal lagi