Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi dan Mitos Penangkapan Ipu-Podhe di Flores

10 April 2021   03:43 Diperbarui: 10 April 2021   21:10 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: Ipu goreng dari Sien Ndari

Kepiting kecil yang berwarna putih itu juga datang dari laut dan berjalan dari pesisir sungai menuju ke arah mata air. 

Podhe tidak berenang melawan arus, tetapi berjalan menyusuri sungai. Anehnya dalam waktu beberapa hari, orang sudah menemukan Ipu dan Podhe sudah begitu jauh dari laut.

Pesan etis dari cerita Ipu dan Podhe

Meskipun demikian, dari segi kecepatan perjalanan Ipu dan Podhe menuju arah mata air bisa dengan mudah dapat dibedakan. Sekalipun melawan arus air, Ipu  selalu terlihat lebih cepat, dibandingkan Podhe. 

Tidak heran juga sih, kalau di kalangan masyarakat Nangapanda mengenal peribahasa daerah ini, "Ngere Ipu ndore Podhe" atau seperti Ipun mendahului Podhe. 

Peribahasa daerah ini memiliki makna kritikan pada seseorang yang tidak tenang berpikir, sehingga selalu mau mendahului orang lain yang lebih tua. Ya, bisa juga mengungkapkan bahwa seseorang yang tidak tahu menghargai orang lain yang lebih tua.

Pesan etis ini lahir dari tradisi sopan santun di dalam masyarakat. Tanpa melalui pendidikan formal pun, orangtua di rumah sudah mengajarkan anak-anak mereka untuk menghargai orangtua, atau siapa saja yang lebih tua. Peribahasa ngere Ipu ndore Podhe masih dikenal dan dipakai masyarakat Nangapanda sampai dengan saat sekarang ini. 

Cerita singkat tentang mitos ibu hamil dan sang suami yang dilarang pergi menangkap Ipu dan Podhe di pesisir laut dan sungai selalu berulang setiap tahun. 

Ipu dan Podhe kini semakin diminati banyak orang, bahkan mulai dijual sampai ke kota dengan harga yang mahal. Lebih dari sekedar jenis makanan yang enak dan khas, bagi warga pesisir pantai yang sehari-hari kerja mereka hanya menenun sarung dan mengumpulkan serta menjual batu hijau, Ipu dan Podhe adalah rezeki ekstra dari Pencipta. 

Demikian cerita dan ulasan singkat tentang tradisi penangkapan Ipu dan Podhe di wilayah Nangapanda, Ende, Flores NTT. Melalui tulisan ini, saya hanya berharap agar masyarakat sekitar semakin menghargai tradisi adat istiadatnya dan terus memaknai kebaikan Pencipta. 

Karena Pencipta itu baik, maka orang perlu bersyukur dan saling menghargai satu dengan yang lain, sambil terus menjadi kreatif untuk mempertahankan hidup yang terkadang sulit untuk orang-orang di pesisir. Tuhan memberi dan terus memberi lebih lagi, jika orang semakin berbagi kepada yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun