Saya bukan seorang guru, tetapi saya pernah mengenal guru-guru yang pernah mengajar saya dan tinggal di desa. Mereka adalah orang yang paling beruntung. Ingatan dan pengalaman menjadi murid dari guru-guru itu membuat saya berani mengatakan bahwa guru di desa-desa itu adalah orang yang paling beruntung. Pertanyaannya mengapa guru-guru  di desa-desa adalah orang yang beruntung?
Ada 5 Alasan mengapa guru di desa itu beruntung:
1. Peluang untuk kerja sampingan
Alasan keberuntungan guru di desa pertama-tama karena guru di desa memiliki waktu dan peluang yang besar untuk melakukan kerja sampingan. Apalagi menjadi guru di desa tempat asalnya. Umumnya guru di desa punya kebun kakao, punya kebun cengkeh, vanili, kebun kemiri. Kerja sampingan seperti itu terlihat sepele, tapi sebenarnya itu cuma sampingan di mata seorang guru di desa. Sebaliknya, di mata kaum petani desa, kerja sampingan itu, bukanlah kerja sampingan yang bisa dianggap murahan, melainkan kerja pokok.Â
Di mata petani desa, kesejahteraan seorang guru di desa sudah pasti jauh melebihi kesejahteraan petani. Kerja yang pokok untuk petani desa dianggap sampingan, padahal hasilnya sama atau bahkan lebih besar. Dari sisi kerja sampingan, guru di desa memang sungguh beruntung. Jika hasil tanaman atau panen gagal, mereka masih punya gaji tetap, tetapi tidak seperti itu bagi petani desa. Gagal panen itu adalah bencana. Â
2. Belanja rumah tangga bisa dikurangi asal kreatif
Keberuntungan guru di desa yang kedua berurusan dengan belanja rumah tangga. Ada guru-guru yang kreatif dan rajin yang pernah saya lihat. Waktu setelah jam sekolah, mereka sibuk dengan menanam sayuran, dan jenis tanaman lainnya yang menjadi kebutuhan sehari-hari di dapur keluarga. Bahkan ada juga yang karena hobi bisa beternak ayam, dan bahkan ada juga guru yang punya kuda bagi yang menyukai kuda.Â
Kerja sampingan bagi beberapa guru di desa memang bisa dikatakan menyenangkan. Mereka bisa menghemat biaya pembelanjaan rumah tangga, dan bisa juga menyalurkan hobi mereka.
3. Memiliki peluang mengembangkan metode pendidikan yang baru
Guru di desa memiliki peluang untuk mengembangkan metode pendidikan yang baru. Kehidupan yang akrab dengan alam, budaya masyarakat menjadikan mereka guru yang kreatif. Ya, kreatif dalam memberi contoh dan menanamkan nilai-nilai yang penting untuk kehidupan. Dari kerja sampingan seorang guru di desa, sebetulnya sudah mengajarkan bukan hanya kepada anak didiknya, tetapi juga kepada masyarakat sekitar bahwa kerja tangan dan menjadi kreatif itu bukan karena krisis ekonomi, tetapi nilai yang penting untuk suatu kemandirian.Â
Cukup banyak masyarakat yang berpandangan seperti ini: sekolah itu supaya suatu ketika menjadi pegawai negeri. Ketika orang menjadi pegawai negeri, itu berarti orang tidak bekerja pun bisa tetap terima gaji. Cara pandang seperti ini sering menjadi alasan mengapa orang tidak jujur dalam pengelolaan keuangan, tidak lain karena mau supaya memperoleh status punya gaji tetap, tanpa banyak bekerja.
Saya melihat positif kreativitas guru-guru di desa. Pengalaman pribadi membuktikan juga bahwa cerita pengalaman seorang guru ketika SD dulu telah memotivasi saya pada waktu itu, apa jadinya kalau saya juga punya kebun kemiri seperti guru saya. Berapa tahun yang akan datang saya bisa membiayai sendiri pendidikan. Pada usia SD saya akhirnya bisa juga menanam kopi dan kemiri, itu semua gara-gara guru SD waktu itu.
Bagi saya pengalaman dan kreativitas guru SD di desa bisa mengajarkan anak didiknya untuk kreatif dan mandiri, bahkan bisa bermimpi. Saya juga pernah seperti itu, sekolah di kota, tetapi punya sebidang lahan kecil kebun kopi di desa. Kenangan memanjat pohon kopi di masa SD seakan cuma mainan anak-anak yang diceritakan guru-guru SD tanpa melihat itu lebih jauh sebagai suatu metode pendidikan.
Saya kaget, ketika di Jerman, suatu waktu saya membaca tulisan tentang bagaimana orang Irlandia mendidik anak-anak mereka. Ternyata memanjat pohon itu adalah metode yang bagus agar anak dilatih untuk berpikir bagaimana bisa naik ke atas, bagaimana bisa memegang dengan kuat agar aman dan tidak jatuh, bagaimana cara mengambil langkah, bagaimana pindah tumpuan, bagaimana cara melihat saat di ketinggian, bagaimana bisa turun dari ketinggian. Ya, guru di desa itu sungguh beruntung. Mereka bisa menemukan metode baru yang bisa menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai yang baik dan positif untuk kehidupan.
4. Memiliki peran ganda di masyarakat
Cukup sering guru-guru di desa memperoleh kepercayaan lebih dari masyarakat. Entahlah karena faktor pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya, tapi kenyataan menunjukkan bahwa guru bisa merangkap urusan lain di luar jam pelajaran resmi di sekolah. Guru di desa bisa menjadi pemimpin koor, bisa menjadi ketua lingkungan, ketua arisan, ketua grup olahraga dan lain sebagainya. Guru di desa sungguh beruntung.
5. Sumbangan kesejahteraan guru mungkin lebih besar
Eristo Subyandono (24/11/2020) dalam tulisannya tentang "Potret guru yang mengabdi di sekolah-sekolah terpencil yang jauh dari kota" meyakini bahwa "kini peningkatan kesejahteraan guru dan sarana pendidikan sedikit demi sedikit terus ditingkatkan pemerintah agar kualitas pendidikan menjadi lebih baik." (Kompaspedia,kompas.id) Tentu, harapan peningkatan kesejahteraan guru di desa terpencil itu bukan semata-mata untuj mengurangi kerja samping guru, tetapi untuk peningkatan mutu pendidikan. kenyataan menunjukkan juga bahwa guru-guru di desa selalu melakukan kelas belajar ekstra pada sore, bahkan hal seperti tidak dibayar ekstra.Â
Pendampingan ekstra guru-guru di desa tidak boleh dianggap sebagai kerja samping, tetapi guru-guru itu melakukannya atas dasar kepedulian mereka tentang betapa pentingnya pendampingan bagi anak didik untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik. Kreativitas guru-guru di desa harus juga mendapat apresiasi.Â
Memang terkait guru kreatif itu belum bisa menjadi kenyataan umum, tetapi bahwa kenyataan itu ada sekurang-kurangnya di desa saya. Oleh karena itu, kenyataan kecil apa pun tentang kreativitas guru tetap menjadi sorotan yang penting kapan pun. Guru yang kreatif tidak akan melihat kerja samping sebagai yang lebih utama, tetapi ia dengan bijak menata tugas utama dan kerja samping secara baik dan bijak. Pengaturan bisa dilakukan melalui skala prioritas yang diatur dengan hatinya yang peduli pada pendidikan anak bangsa ini sebagai yang paling penting dari tugasnya sebagai guru. Â
Demikian beberapa ulasan singkat tentang guru-guru di desa yang kreatif, tanpa mengabaikan kerja utama mereka sebagai guru. Benarkan guru-guru di desa itu paling beruntung? Jawabannya, tergantung dari guru itu sendiri. Guru yang kreatif tentu adalah guru yang beruntung. Guru yang paling beruntung adalah guru-guru yang menemukan metode-metode belajar dari kerja samping mereka. Nah, terkait metode belajar yang dipelajari dari alam kehidupan para petani seperti memanjat pohon sebagai metode untuk belajar tentang kemandirian berpikir dan mengambil keputusan sendiri. Saya bangga dengan guru-guru di desa yang kreatif dan bijak dengan prioritas peningkatan mutu pendidikan anak bangsa Indonesia.
Salam berbagi, ino. 10.04.2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H