Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karwoche dan Dimensi Kehidupan Umat Kristen

31 Maret 2021   00:06 Diperbarui: 2 April 2021   23:27 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebutan Karwoche hanya terdengar di Jerman. Kata Kar berasal dari "kara" yang berarti sengsara, mengeluh, sedangkan Woche berarti Minggu. Jadi, Karwoche berarti Minggu sengsara. Kata Kar selalu dikaitkan dengan konteks khusus keyakinan iman orang Kristen, secara khusus iman orang Katolik, bahwa pada hari Minggu Palma sampai dengan Jumat Agung adalah masa khusus, masa sengsara. Masa di mana semua umat Katolik merenungkan kembali kisah-kisah hidup yang dialami Yesus Kristus. 

Dalam ulasan ini, penulis mau merefleksikan hari-hari khusus itu lebih dalam kaitan dengan dimensi kehidupan manusia umumnya, dan dimensi kehidupan umat kristen khususnya. Ada empat hari khusus yang penting untuk direnungkan umat Kristen atau secara khusus umat Katolik: 

1. Minggu Palma

Minggu Palma dirayakan untuk mengenang perjalanan Yesus memasuki kota Yerusalem. Hal yang penting bagi penulis dalam Minggu Palma adalah suasana sorak puji yang diarahkan kepada Yesus. 

Sorak pujian itu disertai dengan ucapan hosana putera Daud. Nama Daud disebut karena Daud adalah leluhur Yesus. Dalam silsilah tentang Yesus disebutkan bahwa Yesus berasal dari keturunan Daud. Daud pernah dipuji karena keperkasaannya, namun Yesus dipuji karena kelemahlembutan-Nya. Ini keyakinan iman Kristen. 

Nah, pujian dan sorak sorai itu menjadi bagian dari sejarah hidup Yesus. Sebagai manusia, Yesus telah mengalami bagaimana perasaan hati-Nya ketika dipuji dengan sorak sorai, bahkan diterima untuk masuk ke kota leluhurnya Daud. Tidak heran juga, kalau makam raja Daud tetap dirawat dan dijaga hingga sekarang di Yerusalem. 

Dokumen pribadi:peti makam raja Daud
Dokumen pribadi:peti makam raja Daud
Pujian selalu merupakan bagian dari pengalaman manusia yang menyenangkan. Bahkan, ada juga orang yang suka kalau dipuji dan ada juga yang mencari-cari pujian. Pertanyaannya, apakah Yesus suka dipuji atau mencari pujian, saya yakin pujian yang diberikan kepada Yesus ketika itu datang spontan dari umat Yerusalem atau tidak atas pujian yang diharapkan Yesus sebelumnya. Pujian dan sorak-sorai di Yerusalem itu atas inisiatif sendiri dari orang-orang biasa yang punya kerinduan mendalam tentang kehadiran seorang Mesias dan Raja yang adil dan menyelamatkan. 

Jadi, pujian dan sorak sorai pada hari Minggu Palma itu berkaitan dengan kenyataan hidup manusia, bahwa manusia juga pernah dipuji. Hal pujian ini sebenarnya adalah hal sangat biasa. Contoh sederhananya, siapa saja yang telah menjadi penulis Kompasiana melihat rating pada bagian bawah dari tulisannya. Rating itu menurut saya adalah kategori pujian, bahwa tulisan seseorang itu aktual, menarik, bermanfaat, inspiratif, menghibur dan unik. 

Memberi rating pada orang lain sesuai dengan kualitas isi dan perjuangan seseorang bukan merupakan hal yang mudah, karena bagaimanpun juga ada tuntutan kejujuran di sana. Jika menarik, maka katakan menarik, dan lain sebagainya. Namun, kadang terkesan bahwa rating itu adalah misteri do ut des. Ini hanya pesan kecil dari percikan refleksi atas hari Minggu Palma, supaya rating untuk kehidupan bukan karena do ut des, tetapi perlu lahir dari niat yang murni. 

2. Kamis Putih

Perayaan Kamis Putih yang akan dirayakan oleh umat Kristen Katolik setiap tahun itu bertujuan untuk mengenang malam perjamuan atau malam makan bersama Yesus bersama dengan murid-murid-Nya. 

Bagi penulis, momen penting yang mau disoroti dalam tulisan ini adalah hal makan bersama. Dalam ucapan yang lebih santai, bisa juga sih bahwa Yesus pernah membuat makan malam bersama atau Party bersama murid-murid atau teman-teman-Nya. 

Kebiasaan makan malam bersama itu merupakan kebiasaan umum manusia, yang ada hubungannya juga dengan latar belakang budaya dari mana manusia itu berasal. Dalam budaya tertentu, ada yang menekankan acara "makan bersama" sebagai acara yang bertemakan persaudaraan, tetapi ada juga sebagai ungkapan perdamaian dan tentu masih banyak lagi artinya.

Saya ingat suatu peristiwa di Maumere pada tahun 2006, saya pernah diundang seorang tetangga bapak Haji untuk makan bersama di rumahnya pada hari Jumat. Acara itu berkaitan dengan doa bersama menyongsong anaknya yang sedang pergi ke Mekah untuk naik Haji. Kami berdoa bersama dan akhirnya disuguhi berbagai jenis kue yang enak. Ya, suatu acara makan bersama yang dihadiri oleh teman-teman dan tetangga. 

Momen makan bersama bisa saja bagi sebagian orang tidak penting, akan tetapi untuk sekelompok orang lain merupakan kesempatan penting, bahkan kesempatan yang ditunggu-tunggu. Coba perhatikan, seberapa besar kerinduan kita saat ini untuk "makan bersama" dengan teman-teman kita. 

Kerinduan untuk duduk semeja dan menikmati makan bersama itu adalah kerinduan yang manusiawi. Wajar kalau seseorang mengharapkan saat-saat indah makan bersama keluarga dan sahabat kenalan. Apalagi, sekali setahun bisa duduk makan bersama dengan keluarga yang sudah lama tidak bertemu, suasana makan bersama itu akan menjadi saat-saat indah yang menyenangkan. 

Suasana makan bersama pasti selalu beda, unik dan menarik, tentu, penuh canda dan tawa. Siapa sih yang tidak pernah merindukan suasana damai, penuh canda dan tawa? Hidup itu sebenarnya tidak terpisahkan dari cerita saat makan bersama dengan yang lain. 

Dari suasana dan kebersamaan pada kesempatan makan bersama, seseorag bisa belajar untuk solider dengan orang lain, belajar mendengarkan cerita orang lain, belajar berbagi dan masih banyak hal lainnya.

3. Jumat Agung 

Bagi orang Katolik, hari Jumat Agung itu identik dengan hari Jumat sengsara. Dari sudut pandang iman Kristen diyakini bahwa pada hari Jumat itulah, Yesus disalibkan sampai wafat. 

Penting dalam ulasan ini bahwa ada hari sengsara saat orang telah melewati hari Minggu Palma ketika menerima hujan pujian dan juga ada hari sukacita, canda tawa pada Kamis Putih. Nah, mampukan seseorang melihat sisi kehidupan yang lain selain saat dipuji dan saat gembira ketika makan bersama? 

Dok. Pri. Ino
Dok. Pri. Ino
Sengsara yang penulis maksudkan dalam tulisan ini tidak dalam arti harus disalibkan seperti Yesus. Sengsara, saya interpretasikan sebagai realitas kesulitan, sakit dan penderitaan manusia. Ya, sengsara sebagai sisi lain dari sukacita saat makan bersama dan pujian. Sengsara dalam arti biasa sebagai realitas umum yang dialami manusia, memang tidak pernah lolos dari kehidupan anak manusia. Semua orang pernah mengalami sakit, masa sulit dan penderitaan lainnya. 

Bukan hal yang istimewa lagi, kalau seseorang lebih senang mengalami sukacita makan bersama yang riuh ramai dengan corak pesta ria, daripada mengeluh dan mengesah tentang duka, kabung, kehilangan, ghosting, putus cinta, insecure dan lain sebagainya. Itulah kenyataan dunia. Dunia kehidupan sehari-hari diwarnai dengan tiga pengalaman hari itu, saat dipuji, saat makan bersama, tetapi juga saat sulit. 

Kesulitan dan tantangan terbesar adalah bagaimana melawan kecenderungan umum manusia yang maunya cuma hidup dalam suasana lambaian palma pujian dan sukacita makan bersama, tanpa bisa menerima sengsara, kesulitan, duka dan penderitaan. Atau sekurang-kurang menurut penulis, masih begitu banyak orang yang melihat penderitaan itu begitu negatif atau orang belum mampu melihat sisi lain dari sengsara itu sendiri. Dari sisi iman Kristen, sengsara atau salib itu bukan akhir dari segalanya, tetapi suatu jalan untuk berubah menjadi baru. 

Ya, secara sederhana, sengsara itu proses yang menghantar orang kepada pemahaman baru, bahwa hidup ini tidak pernah statis, tetapi penuh dinamika, bahkan melalui berbagai proses sebelum mencapai puncak kejayaannya. 

4. Sabtu Suci

Perayaan Sabtu Suci hanya bisa dipahami dari kaca mata iman orang Kristen. Oleh karena itu, saya menggambarkan kata kunci dari Paskah itu sebagai momen kebangkitan, suatu momen sukacita. 

Tentu, bagi orang Kristen berawal dari keyakinan imannya bahwa Yesus Kristus yang disalibkan itu telah bangkit. Dalam ulasan ini, saya merefleksikan kebangkitan dalam kaitan dengan prosesi hidup manusia umumnya. Suatu prosesi kehidupan manusia yang baru setelah melewati sengasara. 

Ibarat syair Chairil Anwar dalam puisi "Aku", "Luka dan bisa, kubawa berlari, hingga hilang pedih perih." Ya, Paskah dalam bahasa Chairil adalah saat "hilang pedih perih. "Siapa yang tidak pernah mengalami saat-saat seperti "hilang pedih perih" ini? Atau siapa yang tidak bahagia, jika saat hilang pedih perih itu datang?

Demikianlah Paskah menjadi momen penuh sukacita, karena berada persis ketika orang telah 'membawa luka dan bisanya.' Dalam arti ini, penulis menyoroti aspek manusiawi dari sisi lain yang merupakan misteri iman Kristen. 

Sukacita bukan saja karena  seseorang berada dalam suatu ruang kebersamaan dengan jamuan makan bersama, tetapi juga dari suatu pengalaman peralihan dari sengsara menuju kebangkitan dalam memiliki perspektif baru tentang hidup. Ya, peralihan dari sengsara kepada sukacita. 

Dalam tutur kultur Jawa bisa diumpamakan dengan syair lagu "Suwe Ora Jamu." Suatu ungkapan kerinduan setelah lama bertemu entah karena sakit, kesibukan dan lain sebagai ya. Momen perjumpaan itu, tentu bisa menjadi momen sukacita yang luar biasa. Rotasi kehidupan manusia itu akhirnya berputar melalui siklus perubahan yang penuh dinamika. 

Demikian beberapa dimensi kehidupan yang bisa diangkat dari keistimewaan Karwoche bagi umat Kristen. Hidup itu bukan cuma diliputi dengan hujan pujian, dan sukacita makan bersama, tetapi ada juga saat sengsara, sulit, kecewa dan penderitaan. 

Meskipun demikian, pengalaman manusia juga tidak berakhir dengan penderitaan, tetapi ada juga saat orang bangkit melihat secara baru dan positif tentang hidupnya, memiliki harapan, cinta dan menjadi optimis memulai hidup baru. 

Salam berbagi, Ino, 30.03.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun