Bagi penulis, momen penting yang mau disoroti dalam tulisan ini adalah hal makan bersama. Dalam ucapan yang lebih santai, bisa juga sih bahwa Yesus pernah membuat makan malam bersama atau Party bersama murid-murid atau teman-teman-Nya.Â
Kebiasaan makan malam bersama itu merupakan kebiasaan umum manusia, yang ada hubungannya juga dengan latar belakang budaya dari mana manusia itu berasal. Dalam budaya tertentu, ada yang menekankan acara "makan bersama" sebagai acara yang bertemakan persaudaraan, tetapi ada juga sebagai ungkapan perdamaian dan tentu masih banyak lagi artinya.
Saya ingat suatu peristiwa di Maumere pada tahun 2006, saya pernah diundang seorang tetangga bapak Haji untuk makan bersama di rumahnya pada hari Jumat. Acara itu berkaitan dengan doa bersama menyongsong anaknya yang sedang pergi ke Mekah untuk naik Haji. Kami berdoa bersama dan akhirnya disuguhi berbagai jenis kue yang enak. Ya, suatu acara makan bersama yang dihadiri oleh teman-teman dan tetangga.Â
Momen makan bersama bisa saja bagi sebagian orang tidak penting, akan tetapi untuk sekelompok orang lain merupakan kesempatan penting, bahkan kesempatan yang ditunggu-tunggu. Coba perhatikan, seberapa besar kerinduan kita saat ini untuk "makan bersama" dengan teman-teman kita.Â
Kerinduan untuk duduk semeja dan menikmati makan bersama itu adalah kerinduan yang manusiawi. Wajar kalau seseorang mengharapkan saat-saat indah makan bersama keluarga dan sahabat kenalan. Apalagi, sekali setahun bisa duduk makan bersama dengan keluarga yang sudah lama tidak bertemu, suasana makan bersama itu akan menjadi saat-saat indah yang menyenangkan.Â
Suasana makan bersama pasti selalu beda, unik dan menarik, tentu, penuh canda dan tawa. Siapa sih yang tidak pernah merindukan suasana damai, penuh canda dan tawa? Hidup itu sebenarnya tidak terpisahkan dari cerita saat makan bersama dengan yang lain.Â
Dari suasana dan kebersamaan pada kesempatan makan bersama, seseorag bisa belajar untuk solider dengan orang lain, belajar mendengarkan cerita orang lain, belajar berbagi dan masih banyak hal lainnya.
3. Jumat AgungÂ
Bagi orang Katolik, hari Jumat Agung itu identik dengan hari Jumat sengsara. Dari sudut pandang iman Kristen diyakini bahwa pada hari Jumat itulah, Yesus disalibkan sampai wafat.Â
Penting dalam ulasan ini bahwa ada hari sengsara saat orang telah melewati hari Minggu Palma ketika menerima hujan pujian dan juga ada hari sukacita, canda tawa pada Kamis Putih. Nah, mampukan seseorang melihat sisi kehidupan yang lain selain saat dipuji dan saat gembira ketika makan bersama?Â