Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Zukunft, Machen Sie Jetzt! Perspektif Anak Diaspora di Jerman tentang Punya Anak dan Masa Depan

14 Maret 2021   03:53 Diperbarui: 14 Maret 2021   09:27 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim panas 2019 telah berlalu, namun kenangan tentang sepenggal tulisan di pinggir jalan masih saja melekat kuat dalam ingatan. Ini soal ingatan dalam suatu perjalanan menuju kampus Universitas. Jadi, Zukunft, machen Sie jetzt sama sekali perjumpaan pribadi dengan kata-kata yang disematkan seorang tokoh politik pada fotonya. Kata-kata iklan dalam bahasa aslinya tentunya. Ya, dalam konteks konstelasi politik penggalan kalimat di atas bisa memberikan beberapa makna, yang tentunya berbeda ketika ungkapan yang sama dihubungkan dengan tema kapan punya anak, siapa yang ingin punya anak, dan bagaimana konsekuensi ketika sekarang punya anak dan atau nanti setelah punya anak.

Zukunft, Machen Sie Jetzt! Saya terjemahkan seadanya berarti "Masa depan, Anda lakukan itu sekarang" Ungkapan ini relevan untuk dihubungkan dengan tema kapan punya anak. Pertanyaannya, apa relevansi dari ungkapan itu?

Ada 2 relevansi yang bisa diuraikan dalam tulisan ini:

a). Relevansi bagi masyarakat tradisional

Dalam konteks kehidupan keluarga baru, ungkapan "masa depan, Anda lakukan itu dari sekarang" menjadi dasar dari semua pertimbangan penting terkait hidup. 

Asmara itu tidak hanya berhenti dengan romantis dalam bayangan seakan-akan berada di pinggir sungai Rhein atau pinggir sungai Main di Jerman. Juga tidak hanya cukup dengan menikmati saat indah berdua ketika fajar muncul dari peraduannya. Apalagi saat berdiri di perbukitan Padar Labuan Bajo, atau bahkan juga saat remang malam tiba di pinggiran danau Toba. 

Asmara yang setia pada waktunya akan tiba pada momen pembicaraan serius tentang masa depan (Zukunft). Perhatikan kata Zukunft mungkin menjadi kata yang sangat penting terkait tema hidup baru bagi pasangan muda. Kata itu diawali dengan huruf Z yang adalah abjad terakhir.

Adakah indikasi terkait akhir dari asmara bahwa orang harus bicara tentang masa depan? Tentu sangat mungkin.  Namun, kalau orang menulis Zero, ya lagi-lagi mulai dengan huruf Z juga. Soal Zero ini juga penting lho. Ada yang memulai hidup baru dengan nol, Zero. Mungkinkah itu? 

Realitas kehidupan masyarakat tradisional bisa memberikan jawaban dengan jujur terkait hal ini. Dalam kaitan dengan hal ini, saya coba mengkaji dari latar belakang budaya Flores. Meskipun demikian, sayang sekali belum ada penelitian ilmiah terkait tema aktual ini. 

Berapa persen pasangan muda yang mulai hidup berkeluarga dari nol. Ya, nol itu bisa dalam banyak arti: nol wawasan hidup, nol management hidup rumah tangga, nol pengetahuan seksual, nol modal untuk memulai hidup. Lalu, mengapa mereka punya anak dan masih hidup, meskipun hidup mereka rata-rata atau standar biasa?

Konteks masyarakat yang sangat dipengaruhi kultur dan adat istiadat, tafsiran ungkapan di atas "Zukunft, Machen Sie Jetzt!" merupakan kata kunci yang memberikan mereka dua hal penting ini:

1. Janji

Janji untuk suatu masa depan bagi masyarakat tradisional itu sangat penting. Mengapa? Karena kenyataan menunjukkan bahwa mereka bisa hidup hanya dengan modal kekuatan janji. Janji setia sebagai pasangan itulah kekuatan untuk membangun masa depan. 

Keadaan Zero itu telah diterima sebagai sesuatu yang biasa, namun tidak berarti bahwa mereka zero dalam kerja keras dan komitmen hidup mulai baru dari sekarang. 

Tidak begitu. Mereka adalah orang-orang biasa yang tidak meletakkan dasar rumah tangga mereka pada kekuatan uang, tetapi pada hidup yang optimis karena keduanya bergandengan tangan dengan setia dan percaya bahwa jika "Burung pipit yang tidak bekerja bisa hidup dan dapat makan, apalagi manusia yang giat bekerja, pasti punya hidup dan masa depan." Maaf ini bukan pledoi dari keterbelakangan masyarakat Flores, tetapi kenyataan dan keyakinan mereka yang bisa saya katakan. 

2. Harapan

Harapan yang dimaksud disini adalah harapan untuk bertanggung jawab atas hidup mereka sendiri. Filosofi sederhana mereka adalah awal dari kehidupan bersama adalah saat sekarang ini ketika kita berjumpa dan mengikat janji setia bersama menjalani hidup ini. Jika kita bersama, maka kita bisa. Jika kita menanam, maka kita akan menuai. 

Saya sendiri dari latar belakang keluarga yang memulai hidup rumah tangga dari Zero. Tetapi, mengapa saya bisa sampai di Jerman? Saya bersyukur kepada Tuhan, karena ternyata hidup dan masa depan itu bukan hanya soal dimensi uang, tetapi iman. 

Maaf lebih kerennya kalau diungkapkan secara lain, mirip dalam bahasa Jerman bukan hanya Geld und Gold (Uang dan Emas), tetapi Gott (Tuhan). Dia yang punya kuasa mengubah  manusia dan merencanakan semuanya. Memang indah sih jika, orang punya jaringan G3 (Gott, Geld und Gold). 

b). Relevansi bagi masyarakat modern

Nah tentu berbanding terbalik, dengan konteks masyarakat modern. Pertimbangan tentang Zukunft bagi masyarakat modern adalah lebih soal faktor kesiapan secara ekonomi dan pekerjaan. Bagi mereka, ekonomi dan pekerjaan akan jauh lebih penting dari pertanyaan tentang kapan punya anak. Mengapa?

Ada 2 alasan:

1. Konsep tentang hidup itu tidak bisa dipisahkan dari kekuatan ekonomi dan pekerjaan

Bagaimana bisa hidup dong, kalau tinggal di kota tanpa punya uang. Kalau punya anak, lalu anaknya mau kasih makan apa? Cuma susu ibu gitu? Faktor ekonomi dan pekerjaan sudah menjadi faktor yang selalu dipertimbangan oleh pasangan yang hidup di lingkungan masyarakat modern. Logis bukan?

Karena itu bagi masyarakat modern, ungkapan "Zukunft, Machen Sie Jetzt!" adalah kata-kata motivasi dan bukan janji. Motivasi untuk mempertimbangkan hidup itu secara realistis dengan keadaan yang riil. Pertanyaan kapan punya anak, kalau ditanyakan pasangan di Jerman, maka kebanyakan akan menjawab dengan menggelengkan kepala. Atau bahkan bisa saja dengan cuma menjawab satu kata, "Später" artinya nanti saja. 

2. Konsep tentang Zukunft atau masa depan

Pengalaman mendengarkan cerita pasangan muda di Jerman bagaimana mereka membangun rumah tangga, bagi saya sangat menarik dan bermanfaat. Masa depan bagi mereka, itu bukan sekedar hidup atau hidup tidak dalam gaya bahasa pasar kita hidup "kaleng-kaleng". Hidup di masa depan berarti hidup yang direncanakan dengan matang, bahkan direncanakan untuk sejahtera, sehat lahir dan batin tidak hanya orangtua, tetapi juga anak. 

Seperti apa, tentunya ingin tahu bukan? 

Kerja itu prioritas, mungkin mereka menganut paham homo faber, manusia makhluk yang bekerja. Kerja untuk mempersiapkan masa depan. Selanjutnya mereka menabung dalam waktu jangka panjang, dengan perhitungan pada usia anak mereka kuliah, anak mereka sudah bisa mandiri. Bisa hidup sendiri, bisa biaya sendiri, bahkan sudah bisa bekerja menghasilkan uang sendiri. 

Tentu sih, mengenai hal ini Indonesia mungkin belum bisa maksimal karena sedikit sekali mahasiswa di Indonesia yang sambil kuliah juga bisa punya kesempatan kerja. Dan bahkan juga kekurangan lapangan pekerjaan untuk anak-anak muda. Bisa jadi, rupanya hal ini berkaitan dengan cara pandang dan konsep berpikir. 

Semakin rasional seseorang, semakin mudah orang menempatkan dimensi janji dan harapan itu di belakang, sedangkan uang, ekonomi dan kemapanan itu sebagai yang prioritas. Mungkinkah seperti itu?

Demikian beberapa gagasan berkaitan dengan tema pertimbangan sebelum hamil atau sebelum punya anak. Ungkapan Jerman Zukunft, machen Sie jetzt! bisa menjadi sumbangan bagi pasangan muda untuk mempertimbangkan masa depan mereka. 

Tentu, penulis tidak berharap bahwa pasangan muda harus menjadi seperti masyarakat tradisional atau hanya menjadi masyarakat modern yang bisa dengan mudah mengabaikan aspek kekuatan janji setia dan dimensi harapan dalam hidup rumah tangga. Idealnya adalah suatu pertimbangan yang realistis tanpa mengabaikan kesetiaan dan harapan. 

Kematangan dalam mengambil keputusan selalu menjadi hal penting dalam kaitan dengan diskusi tentang punya anak atau gak atau nanti. Ya, keputusan yang lahir dari dasar kesetiaan akan janji pernikahan di satu, lalu tanpa mengabaikan kemapanan ekonomi pada sisi lainnya yang nyata-nyata penting untuk kesejahteraan dan jaminan masa depan hidup keluarga atau pasangan. 

Salam berbagi.

Ino, 14.03.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun