Tulis Jurnalis Spiegel online, Katrin Kuntz, bahwa Paus Fransiskus telah mengangkat burung merpati perdamaian di antara reruntuhan (bdk. Spiegel.de, 8 Maret 2021). Di Irak memang dikenal dengan reruntuhan karena perang saudara, perang kepentingan tentunya.
Ya, reruntuhan asmara dewasa ini tidak kalah pasarnya di dunia maya. Reruntuhan karena hilangnya nilai persaudaraan, kasih sayang, pengampunan, respek dan damai semakin hari semakin marak, merajalela.Â
Ghosting sekalipun istilah asing, tapi rasanya diminati pembaca, bahkan topik idaman paling santer di media Indonesia saat ini. Rasanya istilah ghosting diterima dengan ramah. Maaf, saya tidak mempermasalahkan pembaca yang suka dengan tema itu. Menariknya bahwa orang Indonesia sendiri tidak memiliki istilah bahasa Indonesia yang bisa mengungkapkan fenomena minggat diam-diam dan menghilang dari pasangan yang sebelumnya mesra dan akrab.Â
Karena itu, saya melihat penerimaan istilah ghosting itu bukan karena bahwa sebagian orang kehilangan rasa nasionalismenya, tetapi lebih karena penerimaan atas penamaan terhadap suatu fenomena aktual karena keterbatasan kata bahasa Indonesia.Â
Ghosting bagi saya lebih merupakan fenomena global yang mungkin sebelumnya sudah dikenal di dunia internasional, buktinya bahwa istilah itu sudah ada. Karena itu, hal yang penting sebetulnya bagaimana Kompasiana berbagi pengalaman dan cara pandang agar orang bisa menghindari ghosting.
Siapa sih yang suka ghosting? Tentu, beda lho ghosting dengan prank. Ghosting itu berkaitan dengan keputusan serius cuma dengan cara yang tidak terus terang, menghilang tanpa berita dan jejak. Bisa juga sih kalau dibilang penolakan yang paling halus. Kalau prank umumnya tidak serius, cuma untuk ngerjain orang  untuk asyik dan seru suasana. Tujuannya tentu hiburan saja.Â
Paling aktual terkait ghosting ditemukan dalam artikel utama Kompasiana news, 9 Maret 2021: "Klarifikasi Kaesang dan yang Harus Kamu Lakukan Setelah Kena "Ghosting"" Tentu merupakan bacaan yang sangat menarik dan bermanfaat, karena ada 6 langkah agar bisa lepas dari bayangan mantan, yang disajikan dalam artikel itu. Dari sisi yang lain saya menyoroti juga beberapa pesan yang sangat menonjol dari Paus Fransiskus, tentunya bukan saja untuk umat Kristiani, tetapi juga untuk publik.Â
Ada 3 pesan penting Paus Fransiskus sebagai berikut:
Keputusan Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke Irak adalah keputusan yang berani dan dilatarbelakangi oleh kesadaran akan risikonya, tulis Joshua J. Mcelwee, 8 Maret 2021. Keputusan seperti itu memang penting dan bahkan berdampak mengajak orang lain.Â
Dalam kaitan dengan ghosting, sebetulnya poin tentang mempertimbangkan resiko itu sangat penting. Resiko ghosting itu tidak sedikit, sudah pasti pihak korban akan sakit hati, stres dan menjadi tidak percaya diri, bahkan depresi. Oleh karena itu, jangan lupa untuk mempertimbangkan resiko dari ghosting itu sendiri.