Menulis dalam kaitan dengan kenangan pahit itu, paling baik dengan gaya bercerita. Intinya adalah menceritakan kembali peristiwa itu. Maaf semua ini adalah pandangan pribadi yang lahir dari refleksi atas proses yang pernah dilalui.Â
Saya percaya bahwa setiap orang tentu memiliki pengalaman berbeda, bahkan melalui cara dan proses yang berbeda pula untuk menerima kenangan pahit dalam hidupnya.Â
Angklung dan proses menjadi nada
Satu keyakinan yang tidak kalah pentingnya adalah menggunakan pendekatan Spiritualitas tentang bagaimana sesuatu itu diubah. Saya bukan pemain Angklung yang hebat, cuma saya suka dengan bunyi dan filosofinya.Â
Angklung terbuat dari Bambu, bahan sederhana yang di tempat kelahiran saya murah meriah. Bambu diperoleh tanpa harus dibeli. Saya hanya mau mengatakan Bambu tidak terlalu berharga di daerah-daerah yang banyak Bambu. Namun, coba bayangan, Bambu yang telah dikeringkan, dibersihkan, diukir, dilubangi, lalu dengan ukuran tertentu akhirnya menjadi nada.Â
Proses pahit ketika dipotong, dibersihkan, dilubangi adalah kenangan pahit, seandainya Bambu punya rasa. Kenyataannya, proses pahit itu harus dilewati agar bisa berubah dan bergengsi. Artinya, ini soal cara pandang, kenangan pahit, mungkin tidak selamanya buruk, karena bisa jadi itu adalah proses untuk mencapai suatu perubahan kepada yang lebih baik.Â
Oleh karena itu, kalau saya ditanya apakah mungkin orang menghapus Kenangannya? Saya jawab orang tidak bisa menghapus kenangannya, tetapi orang bisa belajar banyak hal dari perjuangan menerima kenangan pahit.Â
Yang pahit dan sakit di masa lalu, memang itu adalah kenangan yang tidak enak, namun ketika orang bisa mengolah dan menerimanya dengan bijak dan kreatif, maka sangat mungkin kenangan itu akan menjadi nada-nada indah dari kehidupan ini. Nada kesaksian bahwa pernah dalam hidup ini, orang bisa mengubah pahit menjadi manis, yang kering dan garing menjadi nada yang beragam suaranya. Salam berbagi.Â
Ino, 9.03.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H