Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bukan Soal Terong, Bung, tapi Cara dan Rasanya

4 Maret 2021   14:38 Diperbarui: 10 Maret 2021   04:04 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya menulis santai tentang makanan, ya tentang sayur Terong (Aubergine). Sayur Terong tergolong sayur yang mudah ditanam dan juga jarang kena penyakit. Sekurang-kurangnya dari pengalaman kakak saya yang pernah menanam Terong. 

Kalau saya sih, Terong itu tanaman sayuran yang indah. Pada tanah yang subur, Terong menunjukkan daun yang hijau, batang yang besar dan bunga yang juga indah bahkan diincar lebah-lebah.Nah, apalagi kalau sampai pada musim buah, terlihat sungguh menghibur sih.

Meskipun demikian, saya terkadang terbawa omongan orang, bahwa pada saat lapar, makanan apa saja yang telah disiapkan terasa enak dan nikmat. 

Benar apa gak yah? Saya pernah mengalami, tapi belum yakin juga sih, soalnya Terong yang saya makan hari ini "sueeenak banget." Maaf ni, saya pinjam dialek nikmatnya orang Malang untuk mengatakan sangat enak rasanya makanan itu.

Nah, kalau saya ingat saat saya makan Terong di Flores, rasanya biasa saja sih, gak ada yang istimewa. Tau gak kenapa? Hehehe...sebenarnya sayur Terong itu di mana saja sama. 

Terong ya, tetap Terong. Apa yang beda kalau gitu? Bedanya adalah cara memasaknya. Nah, ini yang mau saya bagikan agar Terong di Indonesia bisa berubah rasa dan juga bisa berubah harga. Penasaran bukan? 

Suatu waktu saya bertamu pada suatu rumah biara di Maumere. Pada acara makan siang, dihidangkan sayur Terong bakar. Coba bayangkan Terong hitam, lalu dibakar lagi. Gosong minta ampun. Tapi, gosong-gosong gitu, enak lho, apalagi ditambah sambal Flores. 

Uniknya ketika makan Terong bakar itu, lagi pada senang dan nikmatnya Terung bakar itu, seorang teman beri komentar seperti ini: Terung itu adalah sayurnya orang biara? Lho kok gitu sih? Yaaah, kata teman saya. 

Tau gak, sayur Terong itu, bisa membuat orang mandul, jadi cocoklah orang biara makan, so wie so mereka tidak butuh keturunan, hahahaha, katanya. Suasana siang itu jadi seru, meski makan sayur Terong bakar. 

Saya percaya dengan pikiran seperti: Sayuran apa saja sih sebenarnya bisa jadi enak dan mahal, kalau orang tahu mengubahnya dengan paduan yang lezat dan enak. Nah, ini contohnya, seorang teman saya dari Kerala India, memasak Terong panjang. 

Sebenarnya rasa Terong panjang sudah bisa dibayangkan  seperti apa. Dan tidak bisa dibayangkan kalau Terung ditambah kencur...oh bisa mabuk... Nein... ini cuma bayangan saja. 

Temanku itu, mengiris Terong tipis kurang lebih setengah 1/2 cm lalu dicampur dengan beberapa campuran keju Mozarella dan telur yang sudah dilarutkan bersama dengan sedikit tepung lainnya dan digoreng. 

Duh... benar-benar enak lho. Saya belum pernah makan Terong dengan rasa seenak itu. Lalu ia menyiapkan paduan tambahan yang cocok yaitu roti dan tomat kecil. Pokoknya rasa terong menjadi seperti begitu berbeda, ketika dua lempeng Terung itu digoreng bersama keju Mozarella yang ditaruh di tengah-tengahnya.

Saya beberapa kali selama makan mengucapkan terima kasih kepada teman itu. Saya mengatakan kepadanya, di tempatku ada banyak sekali Terong, cuma cara masak seperti ini kayaknya saya belum pernah lihat dan rasakan. 

Setelah makan, seorang teman menyiapkan untuk teman lainnya yang belum datang karena tugas lainnya. Ditaruh dekat bunga meja kamar makan. Karena itu, saya cepat-cepat mengambil Hp saya dan membuat foto beberapa kali. 

Pertanyaan yang ada dalam hati saya waktu itu: Bagaimana caranya mengubah rasa Terong di tanah airku? Nah, saya punya 4 solusi yang mungkin juga berguna bagi penggemar masakan lokal di Indonesia:

1. Kemauan untuk belajar hal baru dari orang lain

Lagi-lagi saya bersyukur sih, bahwa hari ini saya memperoleh pengalaman yang indah dari Kerala, India. Saya berpikir bahwa saya harus dengan berani mau belajar dari orang lain, khususnya hal baik seperti cara memasak Terong untuk mengubah rasa masakan Terong di kampung halaman sendiri.

dok. pribadi ino
dok. pribadi ino
Itu juga alasan saya mengapa saya menulis tentang Terung di Kompasiana ini. Mungkin teman-teman belum banyak tahu bagaimana mengubah rasa Terong dari campuran Keju Mozarella dan Telur. Pokoknya sueeeenak banget. Coba deh.  

2. Belajar berbagi dari pengalaman baru orang lain

Sebenarnya saya tidak suka memasak, maaf hanya karena budaya sih. Namun, ketika saya hidup di tengah budaya orang Jerman, di mana laki-laki juga bisa menjadi tukang masak, akhirnya saya juga senang memasak. 

Saya yakin bahwa orang Indonesia itu sendiri tersebar di seluruh dunia. Dan sudah pasti bahwa mereka mengenal masakan khas dari daerah atau negara di mana mereka hidup. 

Mereka bahkan juga tahu bahwa jenis sayuran, buah-buahan itu ada juga di Indonesia. Namun, rasanya ketika dimakan, ternyata beda. Tentu, setiap orang punya cara untuk mengetahui bagaimana cara memasaknya. 

Nah, jika itu ditulis dan dibagikan kepada orang lain atau misalnya ditulis di Kompasiana, maka suasana dapur, dan kamar makan, atau suasana keluarga kita akan berubah melalui cara masak yang baru dari bahan yang sama.

Nah, inilah pentingnya mengapa kita perlu berbagi pengalaman. Ya, agar kita bisa saling belajar dan belajar juga mengubah cara kita mengolah bahan makanan yang ada di tanah air kita sendiri. 

3. Berani beda

Keberanian untuk mencoba memasak dengan resep yang kita tahu lalu sambil mencoba memasukkan unsur baru tentu juga dibutuhkan. Unsur baru yang saya maksudkan adalah unsur rasa sesuai budaya kita masing-masing. 

Contohnya, lempengan Terong yang dimasak teman dari Kerala itu memang sudah enak, namun tiba-tiba saya melihat seorang Jerman yang duduk di samping saya mengambilkan sambal Asian lalu ia membubuhkan sambel itu di atas gorengan terong itu. 

Saya langsung bertanya, "Rasanya enak" Dia hanya mengangguk, tanda bahwa enak. Saya akhirnya juga mencoba, wah ternyata betul-betul sueeenak lho. Nah, ini yang saya maksudkan berani beda sesuai dengan rasa budaya kita sendiri.

4. Kreatif menata hidangan

Hal menata hidangan sering dianggap sepele oleh kebanyakan orang. Akan tetapi, setelah saya amati di Jerman misalnya, rupanya hal itu merupakan bagian penting dari lezat dan enaknya makanan. 

Memang tidak menambah rasa, tetapi menambah suasana makan. Ketika duduk di kamar makan, saya langsung tertarik melihat lempengan Terong goreng itu yang ditaruh pada pinggir piring makan dan mengelilingi lempengan roti bakar yang di atasnya sudah ditaruh tomat-tomat kecil. Jujur, belum makan saja, rasanya sudah seperti enak banget. 

Unsur keindahan ruangan atau meja makan, lagi-lagi adalah unsur penting, sekurang-kurangnya dari pengalaman dan pengamatan pribadi saya. Bunga di atas meja menjadi pengubah suasana secara otomatis. 

Saya tidak mengatakan lain, selain berharap apa kata hati teman-teman setelah berani mencoba mengubah suasana meja makan keluarga.

***

Demikian beberapa catatan yang bisa saya bagikan, agar semakin banyak orang bisa mengubah selera makan dan bisa mengubah cita rasa makan. 

Ternyata terong bisa menjadi hidangan yang bergengsi jika orang tahu cara memasaknya dan memadukannya dengan bahan makanan lainnya. Saya berharap, suatu saat bisa menulis lagi, tentang Terung Indonesia yang sedap, daripada terung-terung lainnya. Salam berbagi.

Ino.4.03.2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun