Sang Merpati di musim Semi tiga Maret tahun lalu
Semuanya tidak lebih berarti, ketika berdiam di sangkarku sendiri
Damaiku milikku
Kumemasang kuping, terdengar jeritan awal disengat Covid nineteen
Kutatap cuma sebelah mata
Kusangka tak segarang Ebola di Afrika
Comfort zone bersama musim Semiku
Tak kenal masker FFPzwei
Tak sangka duka sejagat tiba
Resahku dulu cuma kalau air mata sang langit itu jatuh
Sangkar teduh tertutup daun-daun ungu
Tak paham itu, kupandang cuma dengan sebelah mataku
Comfort zoneku dililit duka tak lama setelah itu
Ratapan dan isolasi masal terdengar tidak hanya di kotaku
Mengapa kupandang cuma dengan sebelah mata?
Ia telah merampas hidup
Ia telah menghentikan nafas hidup
Ia telah memotong usia hidup
Bukan kembang lara yang kucari
Bukan pula tudung duka yang kunanti
Bukan ratapan dan tangis di ruang isolasi
Di manakah comfort zoneku?
Di manakah comfort zone penyelamatku?
Di manakah comfort zone orang-orang di negeriku?
Langit, kembalikanlah semuanya!
Cinta, maafkan kami sejak hari ini
Janjiku terbit bersama sang fajar: Aku tidak akan melihat dengan sebelah mata lagi Engkau, alam, sesama dan duniaku.
Ino, 6.02.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H