"Open your heart | To those who need you | In the name of love and devotion" (Katherine Jenkins). Pada tahun 2004, pada usia 23 tahun, Katherine Jenkins menandatangani kontrak rekaman terbesar untuk musik klasik di Inggris hingga saat in. Pada tahun 2005, Jenkins pertama kali secara terbuka membawakan lagu kebangsaan The Power of Four" sebelum pertandingan persatuan rugby British dan Irish Lions melawan Argentina di Stadion Millennium Cardiff.Â
Selanjutnya Katherine Jenkins muncul di panggung Berlin Live 8 pada tahun 2005 dengan judul Amazing Grace." Bagian pertama adalah solo vokal dan sisanya didukung oleh satu piano yang dimainkan secara tersembunyi. Pada tahun 2010 ia mengambil peran dalam A Christmas Carol" khusus Natal dari serial televisi fiksi ilmiah Inggris.
Pada tahun 2016, Jenkins dipilih oleh Opera Nasional Inggris untuk drama musikal Carousel, di mana dia dapat dilihat dari April hingga Mei 2017. Hal ini menyebabkan beberapa reaksi marah dari penggemar opera. Pada Februari 2020, Jenkins mencapai tempat ketiga sebagai Octopus di final The Masked Singer edisi Inggris. Demikian informasi singkat tentang Jenkins. Pertanyaannya adalah apa hubungannya Jenkins dengan tema Persaudaraan:Â
Mengalami Allah yang solider"? Wer die Wahrheit sucht, der sucht Gott, ob es ihm klar ist oder nicht" atau Siapa yang mencari kebenaran, dia mencari Allah, apakah itu jelas baginya atau tidak." Demikian tulis Teresia Benedicta a Cruce. Ungkapan inilah yang memotivasi saya untuk membaca alam berpikir Jenkins, sekalipun Jenkins tidak menyebut bahwa ia mencari Tuhan.Â
Atas dasar pertanyaan di atas dan gagasan dari St. Edith Stein itu, saya coba menghubungkan satu syair lagu Jenkins ke dalam konteks refleksi tahun persaudaraan ini. Saya tidak mengenal banyak lagu-lagunya, selain satu lagu yang berjudul: I Believe" Bagi saya lagu itu sangat inspiratif untuk menjadi bahan refleksi tidak hanya terkait tema persaudaraan dan mengalami Allah yang solider, tetapi juga terkait tema kasih dan tanggung jawab atas kehidupan. Selanjutnya saya akan membedah syair lagu Jenkins I Believe" ke dalam beberapa poin refleksi seperti ini:
Visi Kemanusiaan Katherine Jenkins
Dari I Believe" terlihat jelas sekali mimpi besar Jenkins yang bisa dinamakan sebagai visi kemanusiaan: One day I'll hear the laugh of children //In a world where war has been banned. //One day I'll see //Men of all colors//Sharing words of love and devotion." Jenkins tentu bukan seorang pejuang kemanusiaan, akan tetapi dari bakat dan talenta yang dimilikinya, Jenkins bisa menyampaikan kerinduannya dan harapannya bahwa "Suatu hari dia akan mendengar tawa anak-anak di dunia di mana perang dilarang. Suatu hari dia akan melihat pria dari segala warna berbagi kata-kata cinta dan pengabdian."Â
Kerinduan seperti ini adalah juga bagian dari visinya yang tentunya bukan saja menjadi aktual di Inggris tetapi juga aktual di seluruh dunia. Dalam situasi krisis covid ini, apakah mungkin anak-anak bisa tertawa bersama teman-teman mereka di taman bermain? Kemungkinan untuk tertawa tanpa takut sudah menjadi kenyataan yang dibatasi. Terdengar aneh, namun itulah kenyataannya bahwa atas nama kemanusiaan dan keselamatan orang lain, sukacita, tawa anak-anak pun mesti dibatasi. Pada baris berikutnya, . One day I'll see //Men of all colors//Sharing words of love and devotion".Â
Visi Jenkins sudah terealisasi sekurang-kurangnya dalam pengalaman saya sendiri. Pada 10 Desember 2020 lalu, saya mengikuti Jahreskonferenz atau Konferensi tahunan di Keuskupan Limburg Jerman. Peserta yang hadir berjumlah 40 yakni wakil dari berbagai negara, ditambah dengan Dewan Pastoral Keuskupan dan para tim ahli dari beberapa profesor. Dalam pertemuan online itu, kami dikondisikan sedemikian melalui berbagai metode untuk berbagi pengalaman tentang tugas, pelayanan dan pengabdian kami di keuskupan Limburg dengan konteks khusus di tengah krisis covid ini.Â
Persis seperti syair lagu Jenkins itulah yang bisa digambarkan tentang situasi waktu itu. Tertawa dan berbagi kata-kata cinta dan pengabdian dengan orang lain yang berbeda merupakan satu dari kenyataan persaudaraan di mana orang bisa mengalami suatu suasana yang beda dengan orang yang berbeda latar belakang. Pengalaman perjumpaan dengan yang lain" itu memperlihatkan suatu percikan kenyataan tentang Allah yang solider.Â
Percikan kenyataan seperti itu sungguh dirasakan dan sungguh tidak terbayangkan bahwa kami yang bekerja melayani umat Katolik di Keuskupan Limburg memperoleh kiriman kado Natal dari Uskup. Suatu kado yang indah dan menyejukkan hati, meskipun untuk banyak orang mungkin itu sederhana, cuma satu botol Wein, sebuah sabun, masker dan kartu ucapan selamat natal, tapi terasa sekali bahwa ada nafas persaudaraan dan solidaritas melalui bingkisan dan isi kado kecil itu. Pada kartu Natal sang Uskup GB menulis: Frchtet euch nicht, Gott ist bei uns, gerade in dieser besonderen Zeit" atau Jangan kamu takut, Allah beserta kita, terutama pada saat khusus ini.