Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah Benteng Isolasi Diri

28 Januari 2021   02:10 Diperbarui: 28 Januari 2021   02:19 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terbangun dini hari

Aneh ya, tidurku tidak lelap

Tergoda mengintip setiap pesan-pesan yang masuk

Tertunduk karena duka dari teman-temanku, keluargaku, Sahabat dan kenalanku

Oh dunia sedang di himpit duka dan lara

Oh bumiku ditaburi sunyi sedih beribu-ribu tetesan air mata

Kucoba menatap keluar dari jendela kamarku

Terlihat cuma taburan putih dari langit yang sepi, tak ada manusia di sana

Keindahan salju bahkan sudah tidak menarik karena lara dan duka dunia ini

Cerita tentang perginya sang kakak, adik, saudara, orangtua, sahabat kenalan telah menjadi status harian semua media

Wajah duka dan kesedihan telah menjadi wajah sang waktu sekarang

Sampai kapan cerita ini berakhir? Doa, harapan, vaksin dan vitamin tak selalu menjamin datang ke hari baru

Hidup bisa berakhir begitu mudah dan begitu sederhana.

Kemarin kita masih bergurau tawa tentang masa lalu

Hari ini kamu sudah tiada. Hilang kata, suaramu.

Tersisa cuma gambar kaku pilu yang membisu sepanjang waktu. Virus itu telah merampas hidupmu begitu sunyi tanpa suara galau dan ribut.

Sunyimu melompat dari waktu ke waktu cuma untuk mencabik-cabik organ vital kehidupan. Merampas dan memotong usia dan cerita jutaan manusia.

Nama tak berwajah kasat mata Covid-19

Adalah pembunuh tanpa pilah-pilah

Tak peduli usia, agama, status, nama, dan dari mana, miskin atau kaya. Manusia adalah objek serangan tanpa ampun salah dan dosanya apa.

Waspada, dia bisa datang kapan saja dan di mana saja. Ia tersebar dalam kesunyian, dan sukacita manusia yang sering tidak terkendalikan.

Ia cuma takut, kalau manusia tinggal di rumahnya. Jika manusia bisa menyangkal kerinduan untuk berjumpa dengan sesamanya. Ia cuma takut kalau manusia hidup dalam keteraturan yang wajar dan penyangkalan yang sadar.

Wahai manusia, isolasikan keinginan dalam rumahmu. Jangan nyatakan rindu pesta pora dengan ratusan atau ribuan orang. Krisis panjang telah berada di depan mata.

Tutup rindumu untuk gegap gempita karena tetangga-tetanggamu sedang berduka.

Duka dan lara, kehilangan dan kematian tidak terhitung lagi setiap detak sang waktu bergeser. Keteraturannya telah mencatat sejarah perginya jutaan orang yang punya harapan ingin hidup lebih lama.

Semua bisa berakhir kapan saja tanpa kompromi dan diagnosa yang akurat.

Ia datang tanpa pilah-pilah

Ia merampas hidup, tak peduli orang suka atau tidak.

Waktunya telah tiba, untuk sebuah cinta dari rumah dan di rumah

Waktunya telah genap untuk sebuah harapan dari rumah dan di rumah

Waktunya sekarang, untuk beriman dan percaya dari rumah dan di rumah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun