Hari ini ada hal yang berbeda di sekolah Raya. Selepas upacara bendera, Raya tidak sengaja melihat Bu Ranti sedang mengobrol dengan seorang anak yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Mereka berdua kemudian berjalan menuju kelas 4B, kelasnya Raya. Raya pun segera menyuruh teman-temannya duduk dengan tenang karena pelajaran akan segera dimulai.
"Berdiri, beri salam. Selamat pagi Bu guru," seru Raya sambil diikuti seisi kelas.
"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Namanya Jefri dia baru pindah dari Jakarta."
"Halo, namaku Jefri Widyanto. Panggil saja Jefri atau Jef. Bu guru, saya mau duduk di bangku yang itu. Di pojok dekat jendela," seru Jefri. Padahal di bangku yang dia maksud itu sudah ada orang.
"Jefri itu bangku milik Toni. Kamu bisa duduk di samping Raya. Kebetulan bangku di sebelah Raya kosong."
"Ah saya tidak mau duduk dengan perempuan. Pokoknya saya mau duduk di situ!" seru Jefri sambil menunjuk bangku yang sebenarnya sudah ditempati Toni.
Agar tidak semakin ribut, dengan terpaksa Bu Ranti meminta Toni untuk pindah duduk di samping Raya supaya Jefri bisa diam. Kesan pertama Jefri bagi Raya adalah anak yang sombong karena dia berasal dari kota besar. Sedangkan sekolah Raya ini hanyalah sekolah dasar di desa kecil.
Hari demi hari, tidak hanya Raya yang kesal dengan tingkah laku Jefri. Melainkan hampir seluruh teman-teman sekelas tidak suka dengan sifat Jefri. Bayangkan saja. Jefri selalu datang terlambat ke sekolah, tidak pernah mengerjakan PR, tidak mau membantu piket kelas, sering ribut ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, dan sering mencubiti teman tanpa sebab. Sebagai ketua kelas, Raya merasa harus bisa menegur dan menyuruh Jefri agar berhenti bertingkah buruk.
"Jefri, kami semua tidak suka dengan sikap kamu. Jangan berlaku kasar dong! Gara-gara kamu kami jadi tidak fokus belajar," ujar Raya
"Iya betul. Kamu selalu menganggu suasana kelas. Kamu juga suka mengganggu teman-teman lain. Jangan begitu Jefri," keluh Toni