Sebelum membatik di atas kain, kami mengetes menggunakan canting di atas kertas. Salah satu hal penting dalam mencanting adalah memastikan bahwa lilin atau malam sudah benar-benar panas. Kemudian kami menggunakan kain agar baju atau celana kami tidak kotor. Setelah mengetes membatik di atas kertas, kami pun membatik di atas kain yang sudah kami pilih masing-masing.Â
Ternyata membatik perlu teknik khusus agar garis yang dihasilkan bagus, tidak miring, dan tentu saja rapi. Perlu kesabaran agar batik yang kita hasilkan bagus dan rapi.Â
Sebagai pemula, tentu saja banyak dari kami yang merasa kesulitan. Namun para pengajar di rumah batik Ciracas ini sabar dalam mengajari kami dan menjelaskan cara-cara membatik dengan baik dan cukup jelas.
Setelah selesai melapisi lilin di atas kain, selanjutnya kami melukis kain batik dengan cat yang sudah disediakan. Cat ini sendiri adalah pewarna sintetis yang bernama remazol. Ada warna biru, hijau, kuning, merah, ungu yang bisa kami aplikasikan ke batik kami sesuai dengan keinginan masing-masing. Tidak lupa kami mewarnai latar belakang agar batik yang dihasilkan terasa lebih cerah dan hidup. Kain yang sudah selesai diwarnai kami jemur sebentar agar cat benar-benar kering dan menyerap di kain.Â
Sembari menunggu kami makan bersama, salat Zuhur dan melihat-lihat hasil karya yang ada di rumah batik ciracas. Ada baju, gantungan kunci, tas, dompet, dan sebagainya yang bagus sekali. Harganya bervariasi mulai puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Kain batik tulis sendiri dihargai mulai Rp 300.000 hingga jutaan rupiah tergantung kerumitan motif dan warna yang ada pada batik.
Setelah kering kain batik akan direbus atau dalam proses membatik biasanya melorod yang dilakukan guna meluruhkan lilin yang ada di kain batik. Kemudian langkah terakhir kain dijemur sampai kering. Hasil karya masing-masing ini dapat kami bawa pulang sebagai kenang-kenangan. Rasanya seru sekali belajar membatik secara langsung. Kami jadi bisa mengenal batik dengan lebih dekat.
Â