Batik adalah salah satu warisan kekayaan benda di Indonesia. Setiap daerah di Indonesia memiliki corak batik tersendiri yang sesuai ciri khas daerah masing-masing.Â
Misalnya di jakarta, corak batik yang biasa ada seperti gambar ondel-ondel, Monas, motif pucuk rebung, dan motif gunung salak. Di daerah Pekalongan, Jawa Tengah corak batik yang ada seperti motif terang bulan, buketan, Jlamprang, tujuh rupa, semen, liong dan sawat.
Minggu 29 September 2024 lalu saya bersama teman-teman dari Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) berkesempatan untuk berkunjung ke rumah batik Ciracas yang berada di Jl. Penganten Ali II No.32 8, RT.8/RW.6, Ciracas, Kec. Ciracas, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Â
Di sana kami berkenalan dengan mbak Nathalia Prabandhani pengagas sekaligus pemilik dari rumah batik Ciracas. Kami diajarkan tentang sejarah batik, mengenal alat-alat membatik, sampai mencoba secara langsung kegiatan membatik.
Ternyata batik dari Indonesia memiliki ciri khas jika dibandingkan batik dari Malaysia ataupun Afrika. Batik dari Indonesia memiliki isian lebih banyak. Misalnya di bunga, ada titik-titik atau garis-garis sehingga tidak terlihat kosong. Sementara itu batik Afrika motifnya lebih cenderung besar, geometris, jarang-jarang serta memiliki warna yang lebih terang. Sedangkan di Malaysia sendiri motif batik yang ada cenderung berupa bunga, dedaunan, spiral dan dibuat dengan menggunakan kuas untuk menerapkan warna pada kain.
Di rumah batik Ciracas kami diperkenalkan dengan canting. Salah satu alat khusus untuk membuat batik tulis. Canting terdiri atas Pegangan untuk tangan kita saat membatik, nyamplung berupa mangkuk kecil tempat untuk meletakkan malam atau lilin panas, serta cucuk yang berfungsi seperti mata pena untuk mengeluarkan malam atau lilin panas ketika kita membatik.Â
Sementara itu kain yang digunakan untuk membatik adalah kain katun halus yang dipesan dari Pekalongan. Kain-kain yang akan kami gunakan sudah dibuat pola sehingga kami bisa langsung belajar membatik tulis menggunakan canting di teras rumah batik Ciracas.Â
Selain menggunakan canting, batik juga bisa dibuat dengan menggunakan cap yang sudah dibentuk pola khusus. Cap batik bisa terbuat dari bahan tembaga, kayu, maupun kertas. Nantinya cap akan dicelupkan ke malam atau lilin kemudian dicap ke atas kain yang sudah disediakan agar lilin menempel di atas kain.
Sebelum membatik di atas kain, kami mengetes menggunakan canting di atas kertas. Salah satu hal penting dalam mencanting adalah memastikan bahwa lilin atau malam sudah benar-benar panas. Kemudian kami menggunakan kain agar baju atau celana kami tidak kotor. Setelah mengetes membatik di atas kertas, kami pun membatik di atas kain yang sudah kami pilih masing-masing.Â
Ternyata membatik perlu teknik khusus agar garis yang dihasilkan bagus, tidak miring, dan tentu saja rapi. Perlu kesabaran agar batik yang kita hasilkan bagus dan rapi.Â
Sebagai pemula, tentu saja banyak dari kami yang merasa kesulitan. Namun para pengajar di rumah batik Ciracas ini sabar dalam mengajari kami dan menjelaskan cara-cara membatik dengan baik dan cukup jelas.
Setelah selesai melapisi lilin di atas kain, selanjutnya kami melukis kain batik dengan cat yang sudah disediakan. Cat ini sendiri adalah pewarna sintetis yang bernama remazol. Ada warna biru, hijau, kuning, merah, ungu yang bisa kami aplikasikan ke batik kami sesuai dengan keinginan masing-masing. Tidak lupa kami mewarnai latar belakang agar batik yang dihasilkan terasa lebih cerah dan hidup. Kain yang sudah selesai diwarnai kami jemur sebentar agar cat benar-benar kering dan menyerap di kain.Â
Sembari menunggu kami makan bersama, salat Zuhur dan melihat-lihat hasil karya yang ada di rumah batik ciracas. Ada baju, gantungan kunci, tas, dompet, dan sebagainya yang bagus sekali. Harganya bervariasi mulai puluhan hingga ratusan ribu rupiah. Kain batik tulis sendiri dihargai mulai Rp 300.000 hingga jutaan rupiah tergantung kerumitan motif dan warna yang ada pada batik.
Setelah kering kain batik akan direbus atau dalam proses membatik biasanya melorod yang dilakukan guna meluruhkan lilin yang ada di kain batik. Kemudian langkah terakhir kain dijemur sampai kering. Hasil karya masing-masing ini dapat kami bawa pulang sebagai kenang-kenangan. Rasanya seru sekali belajar membatik secara langsung. Kami jadi bisa mengenal batik dengan lebih dekat.
Â
Semoga semakin banyak orang yang mengenal dan melestarikan batik agar budaya Indonesia ini bisa tetap lestari. Salam canting. Batik kita, batik Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI