Kini Rani dan Ridho hidup dengan mengontrak sebuah rumah kecil di kota lain. Rani kini kembali mendapatkan pekerjaan di sebuah toko baju. Sementara Ridho, kini menjadi pelayan di sebuah rumah makan. Meskipun hanya seorang pelayan, kadang-kadang Ridho juga dimintai tolong untuk memasak apabila orderan sedang banyak. Tanpa disangka masakan sangat Ridho sangat enak sehingga sekarang posisi Ridho berubah dari seorang pelayan menjadi tukang masak.
“Silakan dicicipi kak. Nasi goreng spesial ala chef Ridho.” Ridho membungkuk sembari bergaya bak seorang chef ternama. Rani terkikik melihat tingkah adiknya.
“Iya iya, kakak makan ya. Hmm... enak sih tapi kayaknya kok agak asin yah. Cie... Ada yang mau kawin nih,” goda Rani sambil menyenggol bahu Ridho.
“Ih kakak. Ini enak kok. Asin dari mana sih? Kayaknya lidah kakak yang bermasalah.”
Rani merasa senang. Meskipun kini mereka harus berjuang untuk hidup, tetapi kini perasaan Rani jauh lebih lega. Dia berterima kasih kepada Tuhan karena masih memberikan kasih sayang lewat adiknya. Rani bersyukur karena memiliki seorang adik. Setidaknya, dia masih bisa bertahan hidup dan merasakan sedikit kehangatan di tengah dunia yang dingin ini.
“Kok malah senyam-senyum begitu sih? Kakak yang aneh.” seru Ridho sembari bangkit dari tempat duduknya untuk mencuci tumpukan piring kotor. Rani pun ikutan bangun untuk membantu adiknya.
Penulis
Inong Islamiyati. Seorang penyuka kucing, animasi dan film.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H