Sampah terakhir adalah sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jenis sampah B3 seperti cairan pembersih kaca/jendela, pembersih lantai, penggilap kayu, pengharum ruangan, pemutih pakaian, detergen pakaian, pembasmi serangga, batu baterai, dan lain-lain. B3 adalah sampah yang mengandung zat beracun. Sampah jenis ini sangat berbahaya dan secara langsung maupun tidak dapat merusak kesehatan dan lingkungan. Maaf, walau ada dari kami yang bisa bermanfaat, tetapi ada juga yang tidak. Tetapi ingat, kami para sampah hanya sisa dari kegiatan kalian.
"Ayo peduli sampah! Ayo jaga kebersihan lingkungan kita."
Para pemuda yang peduli lingkungan menyuarakan kepada setiap orang yang mereka temui untuk lebih peduli terhadap masalah sampah. Mereka berkeliling sampai akhirnya ke rumah itu. Rumah orang yang suka membakar sampah. Padahal perkataan para pemuda itu sudah lembut dan sopan. Namun, kepedulian mereka hanya dibalas dengan keangkuhan yang hakiki.
"Aku bakar sampahku di pekarangan rumahku sendiri, jadi terserah aku."
"Tapi Bu, membakar sampah itu merugikan banyak orang. Bisa masuk ke rumah para tetangga ibu dan dan mengganggu anak-anak. Ibu tega sama mereka. Kita buang sampah pada tempatnya ya Bu. Kenapa harus dibakar?"
"Malas. Sampah ini bau dan menjijikkan. Lebih baik dibakar saja supaya cepat selesai. Kalau anak tidak suka asap, tinggal suruh anak-anak pakai masker saja kan beres!"
"Tetapi Bu..."
"Oh iya saya baru ingat. Kalian ini para anak muda yang sering buat konten itu bukan? Halah kalian pasti cuma cari perhatian. Pakai slogan sok peduli lingkungan terus di pos ke sosial media supaya dilihat semua orang. Dasar munafik!" Wanita itu berlalu dan masuk kembali ke rumahnya. Para pemuda itu hanya bisa mengelus dada. Mereka lalu memadamkan sampah yang terbakar itu dan membawa sampah yang berserakan ke dalam kantong sampah yang sudah mereka bawa. Aku paham bahwa beberapa manusia angkuh dan tidak mau mendengar saran orang lain. Biarkan saja dia, nanti dia pasti akan mendapatkan karma atas tindakannya sendiri.
Karma tersebut akhirnya datang juga. Suatu malam terjadi kehebohan besar. Rumah Ibu Ida yakni orang yang suka membakar sampah itu terbakar. Bu Ida meminta tolong pada semua orang namun semuanya diam saja. Seolah inilah hal yang mereka nanti. Meski dia menangis, meraung dan marah, tidak ada seorang pun yang membantunya. Rumahnya habis terbakar dan anehnya hanya rumah dia saja. Warga lain yang juga tinggal di sekitar rumah itu sangat beruntung. Rumah mereka aman saja. Hanya sedikit asap yang menyeruak masuk ke dalam.
"Ini adalah hasil perbuatanmu sendiri karena suka membakar sampah sembarangan dan merugikan banyak orang. Sekarang kamu baru sadar bukan betapa buruknya perilakumu terhadap kami semua?"
"Iya, kalau tidak terjadi hal seperti ini kamu pasti akan terus membakar sampah. Kami semua jadi sesak napas gara-gara asapmu itu."