Mohon tunggu...
Innayah Wulandari
Innayah Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Menyelamatkan Generasi Bangsa dari Kekerasan Remaja

26 Maret 2023   20:00 Diperbarui: 26 Maret 2023   20:04 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor eksternal yang memicu tindakan kekerasan remaja, dapat dilihat dari lingkungan, keluarga, instansi pendidikan, dan bahkan media massa. Keluarga dapat menjadi faktor pendorong utama dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Hal tersebut dikarenakan orang tua berperan penting dalam pembentukan sikap dan perilaku anak. 

Perilaku orang tua terhadap anak berkontribusi besar terhadap kompetensi sosial, emosi, dan kemampuan kecerdasan atau intelektual anak. Anak yang diabaikan ataupun terlalu dikontrol orang tua, tanpa disadari dapat membuat anak melakukan hal-hal negatif selama di luar rumah. Kondisi keluarga yang tidak baik berdampak pada anak sehingga anak pun merasa tidak dilindungi, tidak aman, serta kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. 

Kemudian, terdapat faktor yang datang dari dampak kekerasan orang tua di rumah terhadap anaknya (child abuse). Sehingga anak tersebut dapat menjadi pelaku kekerasan karena tidak adanya fungsi keluarga ideal yang terbentuk sejak kecil. Child abuse dipandang sebagai sebuah siklus dimana anak-anak yang menjadi korban kekerasan di rumah memungkinkannya menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari. 

Faktor lain yang juga penting adalah dari lingkungan, seperti faktor teman sebaya, budaya masyarakat setempat, dan instansi pendidikan. Lingkungan pertemanan sangat mempengaruhi kepribadian remaja karena remaja tidak dapat membedakan mana perilaku buruk dan baik yang pada akhirnya membuatnya gampang terbawa arus pertemanan. Sehingga jika lingkungan pertemanannya buruk dan banyak melakukan kegiatan negatif, maka kepribadian remaja tersebut akan buruk juga. Instansi pendidikan pun dapat membuat remaja melakukan kekerasan. 

Sekolah menjadi tempat menghabiskan waktu cukup banyak untuk beraktivitas bagi anak. Dimana sekolah merupakan tempat adanya interaksi antar teman sebaya dan pengajar. 

Cara pengajaran guru atau dosen pun dapat mempengaruhi kepribadian seorang individu. Beberapa kasus ditemukan pengajar melakukan tindak kekerasan terhadap muridnya, baik verbal maupun nonverbal. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan juga dilakukan dan dicontohkan oleh pengajar kepada peserta didiknya yang mana akan membentuk kepribadian anak tersebut. 

Media massa turut berperan dalam persebaran kasus kekerasan remaja. Kebebasan dalam mengakses berbagai informasi yang ada internet pun membuat remaja terpapar dampaknya, baik negatif maupun positif. Konten-konten negatif yang seharusnya tidak ditiru malah menjadi acuan, rujukan, serta contoh bagi para remaja sebagai audiens untuk melakukan hal yang demikian juga. Tidak jarang konten negatif tersebut berkaitan dengan kekerasan. Namun, ada manfaat lain dari media massa. Media massa dapat dijadikan platform untuk menyebarkan tindak kekerasan remaja yang sehingga para korban pun mendapat dukungan dari banyak orang.

Selanjutnya ada faktor dari budaya setempat. dapat diketahui bahwa wilayah pinggiran Jakarta dan sekitarnya memiliki budaya tawuran antar kelompok masyarakat maupun pelajar. Mereka menilai hal tersebut sebagai tradisi yang sudah lumrah dilakukan padahal merugikan banyak pihak. Tidak hanya itu, fenomena klitih di Yogyakarta awalnya hanya kegiatan di luar rumah, seperti bermain atau jalan-jalan di luar rumah namun malah berubah ke konotasi negatif. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi permasalahan sosial yang menghambat kemajuan negara.

Dalam hal pembangunan sosial, maraknya kekerasan remaja berpengaruh pada keberhasilan pembangunan suatu negara. Adanya kekerasan remaja dianggap menjadi hambatan bagi masyarakat untuk maju mengarah kesejahteraan. 

Hal tersebut dikarenakan remaja merupakan penerus bangsa yang seharusnya membekali dirinya dengan pengetahuan dan ilmu, sehingga menjadi pribadi berkualitas tinggi demi masa depan bangsanya. Namun, kenyataan malah sebaliknya, kekerasan remaja semakin marak dilakukan dan hal tersebut dapat merusak generasi bangsa. 

World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa kekerasan remaja berdampak seumur hidup pada fungsi psikologis dan sosial seseorang yang mana berpengaruh pada pertumbuhan anak atau remaja tersebut di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun