Mohon tunggu...
Inna Chaneman
Inna Chaneman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gender Dysphoria

24 Januari 2016   11:56 Diperbarui: 24 Januari 2016   12:54 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh:   Vannya Nabilla Dhanika (10050012193)

           Sakinah (10050012199)

Kelas:  D

Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung

Nama Dena Rachman pasti sudah tidak asing didengar oleh orang Indonesia. Dena Rachman merupakan artis cilik yang merubah identitas gendernya. Dena Rachman memiliki nama asli Renaldy Denada Rachman atau kerap dipanggil Giovanni dalam dunia keartisannya. Semenjak kecil dia merasa dirinya sebagai perempuan dan merasa ingin mengubah dirinya menjadi seorang perempuan, dia merasa tidak yakin dengan identitas gendernya saat itu. Dia mengalami pertentangan dengan orang tuanya karena keinginannya untuk mengubah gendernya tersebut. Setelah mengalami perdebatan panjang dengan orang tuanya, akhirnya kini dia merubah dirinya menjadi seorang perempuan. Dena merupakan contoh seseorang yang mengalami gangguan identitas gender atau sekang disebut sebagai gender dysphoria.

Lalu apa yang dimaksud dengan identitas gender dan apa itu gangguan identitas gender?

Berikut ini akan kami bahas mengenai hal tersebut.

Identitas gender adalah perasaan kita menjadi pria atau menjadi wanita. Identitas gender merupakan komponen penting dari konsep diri. Identitas gender berbeda dengan peran gender. Peran jenis kelamin yaitu bagaimana seseorang harus berperan sebagai wanita atau pria di lingkungannya. Contohnya, banyak wanita yang memilih untuk berperan sebagai pria, seperti melakukan olahraga yang agresif, atau lebih menyenangi aktivitas yang menantang, tetapi mereka tetap merasa bahwa mereka adalah wanita. Contoh lainnya yaitu beberapa pria merasa ia harus dapat berepran sebagai wanita, seperti ketika merawat anak kecil atau memasak. Tetapi pria tersebut tetap menyadari bahwa mereka adalah pria. Identitas gender juga berbeda dengan orientasi seksual. Gay dan lesbian memiliki minat seksual pada individu dengan gender yang sama dengan dirinya, tetapi gender identitas mereka (mereka merasakan sebagai laki-laki atau perempuan) sesuai dengan anatomi seks mereka. Tidak seperti orientasi seks gay dan lesbian, gangguan identitas gender termasuk hal yang langka.

Apa yang dimaksud dengan gangguan identitas gender (gender dysphoria)?

Normalnya identitas gender berdasarkan pada anatomi gender. Namun dalam gangguan identitas gender (gender dysphoria) terdapat konflik antara anatomi gender dan identitas gender. Gender dysphoria adalah gangguan yang mengacu pada keadaan dimana individu merasa adanya tidak kesesuaian antara jenis kelamin yang telah ditetapkan sejak lahir dengan jenis kelamin yang dia identifikasikan. Gender dysphoria juga mengacu pada ketidakpuasan afektif atau kognitif individu terhadap jenis kelamin yang telah ditetapkan. Karena adanya ketidakpuasaan terhadap jenis kelaminnya tersebut, banyak individu yang merasa tertekan. Contoh: Seseorang yang berjenis kelamin laki laki pada saat lahir dan dibesarkan sebagai laki laki, namun ia mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang perempuan.

Gangguan identitas gender memungkinkan dimulai sejak kecil. Anak dengan gangguan menemukan anatomi gender mereka sebagai sumber penderitaan secara terus menerus. Diagnosisnya tidak secara sederhana diberikan pada anak perempuan “tomboyish” dan anak laki-laki “sissyish”, tetapi diberikan kepada anak yang secara kuat menolak sifat anatomi mereka (anak perempuan bersikeras dengan buang air kecil berdiri atau menegaskan mereka tidak ingin menumbuhkan payudara mereka; anak laki-laki menemukan penis dan testis mereka sebagai hal yang menjijikkan). Gangguan ini dapat segera berakhir atau dapat berakhir ketika mereka remaja, dengan anak menjadi lebih menerima identitas gender mereka. Sedangkan orang dewasa yang didiagnosa mengalami gangguan identitas gender biasanya mengarah pada transseksual. Individu yang transseksual mungkin menggunakan pakaian lawan jenis. Mereka percaya bahwa mereka telah menggunakan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya.

Apa saja simptom yang muncul dalam gangguan ini?

Simptom yang muncul pada penderita gender dysphoria anak dan dewasa juga berbeda.  Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) edisi ke-5, Gender dysphoria pada anak ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara jenis kelamin biologis dan jenis kelamin yang ia identifikasikan, dan dalam jangka waktu 6 bulan setidaknya muncul 6 dari kriteria berikut:

  1. Memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi jenis kelamin lain atau memaksa bahwa ia memiliki berjenis kelamin (atau beberapa jenis kelamin alternatif yang berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan).
  2. Pada  anak laki-laki (jenis kelamin bilogis), memilih untuk menggunakan pakaian perempuan: atau pada anak perempuan (jenis kelamin biologis), memilih untuk mengenakan pakaian khas maskulin dan penentangan untuk mengenakan pakaian feminin.
  3. Memiliki keinginan yang kuat untuk berperan sebagai lawan jenis dan berfantasi menjadi lawan jenis
  4. Memiliki keinginan yang kuat terhadap mainan, game, atau kegiatan stereotip yang digunakan atau terlibat dalam oleh jenis kelamin lain.
  5. Memiliki keinginan yang kuat untuk berteman dengan jenis kelamin lain.
  6. Pada anak laki-laki (jenis kelamin biologis), penolakan yang kuat terhadap mainan maskulin, permainan, kegiatan dan penolakan terhadap permainan yang berat; atau pada anak perempuan (jenis kelamin biologis), penolakan yang kuat terhadap mainan perempuan, permainan, dan kegiatan perempuan.
  7. Sangat tidak suka terhadap anatomi seksualnya (laki- laki merasa tidak suka melihat penisnya, dan perempuan tidak ingin buang air kecil dengan cara duduk).
  8. Memiliki keinginan yang kuat untuk memiliki karakteristik seks primer dan / atau sekunder yang sesuai dengan salah satu gender yang ia identifikasikan.

Kondisi ini menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan fungsi social, sekolah, atau bidang-bidang penting lainnya yang berfungsi.

Sedangkan Gender dysphoria pada remaja dan dewasa ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara gender yang diidentifikasikan dengan jenis kelamin biologis, durasi minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya dua hal berikut:

  1. Ditandai dengan ketidaksesuaian antara gender yang diidentifikasikan dengan karakteristik seks primer dan atau sekunder (atau pada remaja muda, karakteristik seks sekunder diantisipasi).
  2. Memiliki  keinginan yang kuat untuk menyingkirkan karakteristik primer dan atau sekunder dari jenis kelamin biologis nya.
  3. Memiliki  keinginan yang kuat untuk memiliki karakteristik seks primer dan / atau sekunder dari jenis kelamin lainnya.
  4. Memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi jenis kelamin lainnya (atau beberapa jenis kelamin alternatif berbeda dari jenis kelamin biologis).
  5. Memiliki keinginan yang kuat untuk diperlakukan sebagai jenis kelamin lainnya (atau beberapa jenis kelamin alternatif yang berbeda dari satu jenis kelamin yang ditetapkan).
  6. Memiliki  keyakinan yang kuat bahwa seseorang memiliki perasaan yang khas dan reaksi dari jenis kelamin yang lain (atau beberapa jenis kelamin alternatif yang berbeda dari satu jenis kelamin yang ditetapkan).

Kondisi ini menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan fungsi sosial, pekerjaan atau lainnya.

Bagaimana gambaran mengenai gangguan ini menurut perspektif biopsikososiokultural?

Perspektif  Biologis

Pandangan biologis terhadap gangguan identitas gender berfokus pada efek dari hormon prenatal dalam perkembangan otak. Walaupun mungkin mencakup beberapa mekanisme spesifik lainnya, secara umum teori biologis memandang bahwa orang yang menderita gangguan identitas gender memiliki level hormon yang tidak biasa. Hal itu dapat mempengaruhi identitas gender dan orientasi seksual dengan mempengaruhi perkembangan hipotalamus dan struktur otak lain yang berhubungan dengan seksual. Salah satu studi mengatakan bahwa hormon prenatal berpengaruh pada gangguan identitas gender. Studi ini berfokus pada wanita yang meningkatkan level testosreron di uterus yang dikaitkan dengan obat yang dimakan ketika hamil. Rata rata dari anak perempuan ini terlahir sebagai individu yang maskulin. Beberapa perempuan juga mengalami homoseksual atau biseksual. Dibandingkan dengan perempaun yang tidak meningkatkan level testosteron, kebanyakan dari perempuan ini mengidentifikasikan diri mereka sebagai perempuan, tetapi mereka memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami gangguan identitas gender.

Perspektif Psikologis

Berdasarkan perspektif psikologi, terdapat beberapa dua teori yang menjelaskan mengenai penyebab gangguan identitas gender. Pertama, berdasarkan pendekatan psikodinamik menyatakan bahwa gangguan ini terjadi karena faktor kedekatan hubungan ibu dengan anak laki-laki yang sangat ekstrim; hubungan yang renggang antara ibu dan ayah; ayah yang tidak ada atau jauh dari anaknya. Kedua, berdasarkan pendekatan behavioral menekankan bahwa ketidakhadiran ayah yang menjadi tokoh panutan menyebabkan anak laki-laki tidak belajar menjadi sosok laki-laki. Orangtua yang mengharapkan anaknya adalah sosok dari gender yang berbeda, lalu mendorong anaknya dengan cara berpakaian atau pola bermain dari gender yang berlawanan, juga dapat menyebabkan seorang anak mengalami gangguan ini.

Perspektif Sosiokultural

Menurut pandangan sosiokultural, keluarga ikut memberikan kontribusi terhadap munculnya rasa tidak senang anak terhadap jenis kelamin biologisnya. Peran orang tua dalam membentuk identitas gender anak berpengaruh, seperti anak laki – laki yang berperilaku feminim dapat ditemukan pada anak yang orang tuanya ingin memiliki anak bayi perempuan, sehingga orang tua tersebut melihat dan memperlakukan anak perempuan. Sehingga anak tersebut sudah terbiasa dengan pakaian dan mainan perempuan. Selain itu individu yang mengalami gender dyphoria juga memiliki kemungkinan untuk dikucilkan oleh teman sebaya bahkan oleh saudara. Trauma yang terjadi pada anak terhadap jenis kelamin tertentu juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan identitas. Peran gender dan norma sosial yang berlaku di lingkungan mengenai perilaku seksual juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan identitas gender.

Lalu bagaimana pencegahan (prevensi)  yang dapat dilakukan untuk gangguan ini?

Prevensi Primer

Prevensi primer merupakan aktivitas yang didesain untuk pencegahan gangguan sebelum gejala-gejala dari gangguan itu muncul. Pada gangguan identitas gender ini, pola asuh orang tua lah yang sangat berperan besar dalam pencegahan dan terdapat peran aktif dari kedua orang tua dalam keluarga, bagaimana orang tua baik ayah ataupun ibu dapat menjadi panutan bagi sang anak, orang tua membelikan pakaian yang sesuai dengan jenis kelamin anaknya, membelikan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin anaknya dan jangan pernah menolak jenis kelamin anak sehingga anak tidak nyaman dengan jenis kelaminnya. Pada masa kanak-kanak kehadiran orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan anak.

Prevensi Sekunder

Pencegahan yang dilakukan adalah bagaimana orang tua mengantisipasi secara efektif dalam menjaga anak-anaknya dari gejala-gejala gangguan identitas gender. Orang tua harus mendorong anak untuk mengidentifikasi dirinya dengan salah satu jenis kelamin dengan menegaskan perilaku yang sesuai dengan jenis kelamin dan menghukum anak ketika anak berperilaku tidak sesuai dengan gender nya. Sejak anak kecil orang tua sudah harus memberikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin anaknya. Dalam studi yang meneliti anak yang menderita gangguan identitas gender, peneliti menemukan bahwa orang tua anak tersebut tidak tegas seperti orang tua dari anak yang tidak menderia gangguan identitas seksual. Anak ini tidak pernah diberi hukuman atau dimarahi ketika ia berperilaku feminim atau bermain mainan perempuan, seperti main boneka dan menggunakan pakaian perempuan.

Prevensi Tersier

Pencegahan tersier dilakukan setelah gangguan muncul, pencegahan ini lebih melibatkan penanganan yang tepat kepada pasien dengan maksud mencegah gangguan menjadi kronik. Salah satunya adalah dengan menggunakan terapi hormon. Terapi hormon ini biasanya paling bermanfaat remaja sebelum karakteristik seksual sekunder mereka telah mengembangkan. Terapi penggantian hormon untuk pria berperan merangsang pertumbuhan kumis dan ciri fisik maskulin lain mulai dari kulit, rambut, suara, hingga distribusi lemak. Sementara untuk transgender wanita, terapi penggantian hormon berperan untuk memunculkan payudara dan mengalokasikan distribusi lemak tubuh.

  

Daftar Pustaka

Nevid, J.S.; Rathus, S.A.; Greene, B.A. (2000) Abnormal Psychology In A Changing World (4th edition). Prentice Hall: New Jersey.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder 5th Edition “DSM-5”. Washinton DC:        American Psychiatric Publishing.

Sameroff, A.J.; Lewis, M.; Miller, S.M. (2000). Handbook of Developmental Psychopathology Second Edition. New York:Springer

Davidson, G.C & Neale, J.M. (1990). Abnormal Psychology 9th Edition. Canada: Simultaneously

Oltmanns, T.F.; Martin, M.T.; Neale, J.M.; Davison, G.C. (2012).Case Studies in Abnormal Psychology Ninth Edition. United States of      America: John Wiley & Sons, Inc

Hoeksema, S.N. (2007). Abnormal Psychology Fourth Edition. Texas: McGraw-Hill

Canadian Psychological Association. (2014). “Psychology Works” Fact Sheet: Gender Dysphoria in Adolescents and Adults. (diakses      2 Januari 2016 pukul 14.25 di      http://www.cpa.ca/docs/File/Publications/FactSheets/PsychologyWorksFactSheet_GenderDysphoriaInAdolescentsAndAdults.pdf )

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun