Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keadilan Akses Literasi di Calon Ibu Kota Negara

26 Juni 2021   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2021   14:22 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk meningkatkan pengunjung taman baca, maka ketersediaan buku yang berkualitas menjadi prasyarat agar kegiatan literasi menjadi lebih menarik dan berdampak. Namun sayangnya, tidak semua daerah di Indonesia bisa mendapatkan akses buku dengan mudah, cepat dan murah.

Di Kalimantan Timur untuk menjangkau daerah di Mahakam Hulu membutuhkan waktu tempuh 14-15 jam perjalanan darat dari ibu kota propinsi. Itupun dengan medan yang cukup berat dan ongkos yang cukup mahal.  

Di Berau ada seorang guru yang rela  menempuh perjalanan sejauh 140 km dari Talisayan menuju Tanjung Redeb untuk mengambil donasi buku, agar ongkos kirim lebih murah. 

Biaya pengiriman buku menggunakan agen perjalanan relatif mahal. Bayangkan saja, biaya pengiriman satu kotak buku dengan berat 20 kg dari Jakarta ke Balikpapan membutuhkan anggaran hampir 1 juta. Apalagi sampai ke Kabupaten Mahakam Hulu, tentu membutuhkan ongkos kirim lebih banyak lagi.

Sebenarnya pemerintah sudah memiliki solusi terhadap permasalahan ini, yakni adanya kebijakan pengiriman buku gratis (free cargo literacy) setiap tanggal 17 melalui PT Pos Indonesia. 

Kebijakan ini disambut gembira oleh pegiat literasi karena mempermudah donatur mengirimkan donasi buku. Namun sayangnya di tahun 2019 pola program pengiriman buku gratis mengalami perubahan yakni dialihkan ke Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

 Peralihan ini berdampak pada pola pengiriman buku yang biasanya langsung dari donatur ke taman baca, sekarang ada proses sortir buku dahulu baru kemudian dikirimkan ke taman baca. Tentu hal ini menambah rumit dan lama waktu proses pengiriman buku. Padahal kebutuhan masyarakat akan akses bahan literasi tidak bisa ditunda.

Perubahan pola pengiriman buku ini menjadi poin penting dalam diskusi bersama para pegiat literasi pada Diskusi Literasi.  Hasil Diskusi Literasi yang diadakan Pustaka Bergerak pada tanggal 12 Juni 2021 yang lalu menyepakati bahwa, perlu dibuat regulasi hukum yang jelas mengenai pengiriman buku gratis untuk taman baca di seluruh Indonesia, agar setiap warga negara Indonesia bisa mendapatkan kesempatan yang sama mengakses buku buku  terbaru dan berkualitas.

Penerbit Buku Lokal

Upaya lain untuk meningkatkan akses pada bahan literasi adalah dengan memperbanyak penerbit lokal di Kalimantan Timur. Dengan begitu ketergantungan terhadap pengiriman  buku dari kota kota besar di Pulau Jawa tergantikan dengan bantuan buku dari penerbit lokal. Namun sayangnya, penerbitan buku di Kalimantan Timur masih hitungan jari. Data dari IKAPI menyebutkan dari 1328 penerbit yang ada di Indonesia, hanya 63 penerbit yang berada di luar Jawa (2019).

Dengan memperbanyak penerbit lokal maka akan terbentuk ekosistem literasi yang berkesinambungan, mulai dari hulu yakni penerbitan buku hingga ke hilir yakni buku sampai ke tangan pembaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun