Seiring waktu pasar tradisional semakin lesu dan ditinggalkan, kalah populer dengan lampu lampu mall, kalah dengan kehadiran ruko ruko, kalah dengan tempat hangout yang selalu mengandalkan akses wifi kencang sebagai fasilitas nomor satu. Pasar identik hanya bagi ibu ibu rumah tangga, bagi bapak bapak buruh, bagi mereka yang pekerjaannya tanpa ijazah. Â
Bila ingin tahu perekonomian kota yang sebenarnya berkunjunglah ke pasar, justru bapak ibu penjual ini tetap survive di kala sektor minyak dan batubara menurun. Miris, mereka yang selalu diusung dan dijanjikan bila kampanye pilkada, tapi mereka juga yang pertama kali dilupakan ketika kemenangan pilkada. Pasar tradisional bergerak lamban, bisa dibilang begini begini saja nyaris minim pembangunan. Â Ada satu mall di balikpapan yang mati suri, namun pasar tradisional di bawahnya tetap tumbuh ramai dan menghasilkan. Salah satu bukti kekuatan pasar tradisional yang tahan bantingÂ
Dimulai dari obrolan ringan yang terkadang diselingi ghibah, kami berdiskusi serius mengenai pasar tradisional. Mimpi kami sungguh tidak muluk, Â dimulai dengan mendirikan ruang baca gratis untuk anak anak penjual di pasar, membuka kios jual beli buku bekas sebagai jembatan penghubung antara buku lama dengan pembaca barunya, juga sebagai solusi dari harga harga buku yang tidak pernah mau berkompromi dengan kantong. Di Balikpapan, hanya ada satu bookstore lengkap yaitu G**media. Kami berdiskusi panjang mengenai mimpi kami yang dalam waktu dekat ini akan diadakan, dimulai dari malam seni di pasar tradisional, yang kedepannya mimpi kami menjadi level internasional. Belum lagi dengan ide ide ingin membuat A, B, C dan seterusnya. Mewujudkannya bukanlah hal yang mudah, namun juga tidak sulit selama kita selalu bersama. Perubahan itu terjadi karena bergerak bersama bukan ?
Abi telah menjadikan warung kopinya sebagai rumah bagi saya dan teman teman, sama seperti abi menjadikan pasar sebagai rumahnya. Tempat melepas lelah, tempat diskusi santai, tempat meluapkan ide, tempat untuk merecharge energi, dan tempat untuk memulai.Â
Berawal dari rumah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H