Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rumah di Warung Kopi

28 Oktober 2016   15:18 Diperbarui: 28 Oktober 2016   15:32 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring waktu pasar tradisional semakin lesu dan ditinggalkan, kalah populer dengan lampu lampu mall, kalah dengan kehadiran ruko ruko, kalah dengan tempat hangout yang selalu mengandalkan akses wifi kencang sebagai fasilitas nomor satu. Pasar identik hanya bagi ibu ibu rumah tangga, bagi bapak bapak buruh, bagi mereka yang pekerjaannya tanpa ijazah.  

Bila ingin tahu perekonomian kota yang sebenarnya berkunjunglah ke pasar, justru bapak ibu penjual ini tetap survive di kala sektor minyak dan batubara menurun. Miris, mereka yang selalu diusung dan dijanjikan bila kampanye pilkada, tapi mereka juga yang pertama kali dilupakan ketika kemenangan pilkada. Pasar tradisional bergerak lamban, bisa dibilang begini begini saja nyaris minim pembangunan.  Ada satu mall di balikpapan yang mati suri, namun pasar tradisional di bawahnya tetap tumbuh ramai dan menghasilkan. Salah satu bukti kekuatan pasar tradisional yang tahan banting 

Dimulai dari obrolan ringan yang terkadang diselingi ghibah, kami berdiskusi serius mengenai pasar tradisional. Mimpi kami sungguh tidak muluk,  dimulai dengan mendirikan ruang baca gratis untuk anak anak penjual di pasar, membuka kios jual beli buku bekas sebagai jembatan penghubung antara buku lama dengan pembaca barunya, juga sebagai solusi dari harga harga buku yang tidak pernah mau berkompromi dengan kantong. Di Balikpapan, hanya ada satu bookstore lengkap yaitu G**media. Kami berdiskusi panjang mengenai mimpi kami yang dalam waktu dekat ini akan diadakan, dimulai dari malam seni di pasar tradisional, yang kedepannya mimpi kami menjadi level internasional. Belum lagi dengan ide ide ingin membuat A, B, C dan seterusnya. Mewujudkannya bukanlah hal yang mudah, namun juga tidak sulit selama kita selalu bersama. Perubahan itu terjadi karena bergerak bersama bukan ?

Abi telah menjadikan warung kopinya sebagai rumah bagi saya dan teman teman, sama seperti abi menjadikan pasar sebagai rumahnya. Tempat melepas lelah, tempat diskusi santai, tempat meluapkan ide, tempat untuk merecharge energi, dan tempat untuk memulai. 

Berawal dari rumah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun