Belahan negara di dunia dikejutkan dengan isu kesehatan yang dapat mengancam kehidupan manusia dan memicu kekhawatiran akan perlindungan diri untuk terhindar dari wabah yang satu ini, Virus Corona.Â
Wabah ini tentunya tidak asing lagi terdengar oleh kita masyarakat dunia, mengingat skala korban terinfeksi yang semakin meningkat. Virus yang datang dari kota Wuhan, China telah berhasil menembus batas lintas negara dan penyelebarannya telah meluas ke berbagai negara di dunia melalui arus perpindahan manusia yang sangat cepat sebagai dampak dari globalisasi.Â
Hal demikian dapat dikatakan bahwa wabah Virus Corona mampu dengan cepat perpindahannya antara satu individu ke individu lain. Wabah ini juga berhasil menyentuh negara-negara di dunia dan memberikan efek kekhawatiran akan Virus yang berbahaya ini.Â
Individu atau masyarakat yang merupakan representasi negara ini tentu akan menjadi tanggungjawab suatu negara untuk mengatasi serta melindungi warga negaranya dari virus yang mampu menelan nyawa manusia.Â
Perpindahan virus ini tidak dapat terelakan lagi karena hampir negara di belahan dunia terindikasi positif infeksi Corona. Ketakutan akan wabah virus yang satu ini tidak hanya pada satu atau dua negara saja, akan tetapi ini menyangkut masyarakat dunia yang menjadi tanggungjawab dari negara-negara di dunia.Â
Penyebaran Virus Corona ini telah menjadi suatu ketakutan atau ketidakamanan masyarakat di dunia dan menjadi ancaman global. Isu yang berkembang di bulan desember ini, sedang di atasi dan mencoba melakukan berbagai upaya untuk tujuan sanitasi perihal perlindungan diri terhadap wabah tersebut.Â
Dilansir dari (Liputan6.com, Jenewa) Â Perkiraan WHO dalam mengindikasikan skala kematian Virus Corona ini lebih tinggi dari pada eskpektasi. Dalam kalkulasinya WHO menyebutkan tingkat kematian akibat wabah tersebut mengalami kenaikan 1,1 persen. Dari sini terlihat bahwa kehadiran Virus Corona ini sangat mengamcam dalam konstelasi penyebaran dan skala tingkat korban kematian.
Dari arus penyebaran Virus Corona yang kian meningkat itu menyebabkan kekhawatiran terhadap masyarakat dunia. Saat ini keadaan dunia tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.Â
Semua masyarakat dunia merasa terancam dan kian dihantui oleh rasa takut dengan kehadiran virus ini. Hal demikian menimbulkan semua masyarakat terutama negara yang terindikasi positif Corona berburu bahan pangan di supermarkert ataupun swalayan guna memupuk bahan-bahan yang dianggap dibutuhkan serta membeli barang dengan jumlah yang tidak seperti biasanya.Â
Skala jumlah pembelian barang-barang tersebut terutama bahan pangan terbilang menimbun barang demi kepentingan masing-masing. Berburu bahan pangan atau yang dikenal dengan istilah Panic Buying ini menjadi tugas negara untuk dapat mengatasi  kegiatan berburu ini. Jika dilihat dari sisi personal, hal demikian terkesan baik dilakukan guna untuk melindungi diri atas virus yang sedang mewabah.Â
Akan tetapi, apa kabar dengan saudara kita dengan perekonomian rendah yang berhak hidup dan melakukan perlindungan terhadap dirinya? Jika bahan pangan yang telah di serbu oleh banyak masayarkat yang mengakibatkan swalayan ataupun supermarker mengalami kehabisan barang. Lalu, tidakkah kita berpikir mengenai kehidupan mereka?Â
Saat ini, akibat kegiatan berburu bahan pangan ini telah mengakibatkan barang dalam hal perlingdungan diri seperti masker, hand sanitizer dan bahan pangan lain yang dianggap mampu melindungi mereka dan kebertahanan hidup mereka. Menipisnya bahan pangan ini merupakan permasalahan yang harus menjadi perhatian negara.Â
Betapa tidak, di samping keadaan internasional yang sedang dihadapkan oleh situasi genting, hal demkian juga terjadinya kekacauan dalam negara yang ditunjukkan melalui menipisnya bahan pangan.Â
Acuannya adalah konsep negara tidak hanya merepresentasikan beberapa kalangan masyarakat saja tetapi masyarakat yang ada di negara tersebut termasuk mereka yang memiliki perekonomian rendah juga merupakan tanggungjawab negara. Keadaan demikian lah yang tergambar dari akibat ketakutan masyarakat yang nantinya akan menjadi boomerang bagi mereka sendiri dikarenakan menipisnya bahan pangan.Â
Dari banyaknya negara yang terindikasi positif Corona ini tentu mengalami hal yang demikian sama. Di mulai dari Indonesia, Singapura, Vietnam, Korea Selatan, China, Prancis, Australia serta beberapa negara yang terindikasi positif Corona melakukan kegiatan Panic-Buying, di mana mereka menyerbu tempat berbelanja untuk menyetok bahan pangan tersebut.Â
Akan tetapi, tidak dengan Inggris, negara ini mengarahkan kepada menteri-menterinya untuk membatasi panjualan karena ditakutkan akan terjadi hal demikian, menipisnya bahan pangan. Hal demikian jika dibiarkan, tentunya negara akan mengalami kesulitan dalam hal komoditas pemenuhan domestiknya.Â
Perilaku demikian perlu penanganan yang intensif dari pemerintah karena dampaknya akan berkelanjutan di tengah keadaan yang genting ini. Kehadiran Virus Corona menjadi masalah global karena menyangkut ketidakamanan masyarakat di dunia yang ditunjukkan melalui indeks angka kematian yang kian meningkat serta hampir negara di dunia yang terindikasi positif Corona.Â
Wabah Virus Corona yang tadinya merupakan keamanan nasional, tetapi tidak dengan sekarang, mengingat arus perpindahan manusia yang amat sangat cepat dalam payung globalisasi telah mampu mengantarkan wabah ini ke belahan dunia tertutama di berbagai di negara dunia.Â
Saat ini, ketakutan masyarakat terhadap wabah tersebut semakin menjadi-jadi, hal demikian ditunjukkan dengan menipisnya stok bahan pangan terutama komoditas yang dianggap dapat melindungi diri dari wabah Virus Corona.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI