Tidak boleh ada orang atau kelompok lain yang kuat, karena itu adalah ancaman. Dan oleh karena itu, politik pecah belah lewat operasi senyap atau bahkan terang-terangan harus dilakukan. Caranya? Gunakan strategi belah bambu tadi. Satu bagian diangkat, satu bagian lagi di injak. Ia yang siap membebek, angkat! dan ia yang punya sikap lain, injak! Tak peduli tujuan organisasi akan tercapai atau tidak. Kepentingan kita adalah diri atau kelompok.Â
Satu lagi, untuk memuluskan operasi tadi, biasanya dibentuk tim sukses (timses). Timses akan berkolaborasi dan mencari cara agar punggawa yang di dukung harus menang. Akan ada pembusukan dan saling melemahkan lawan dengan cara-cara kotor sekalipun.Â
Disini saling sikut, saling tipu sesama sahabat atau kerabat kerap terjadi. Ini semua tak lepas karena harapan, imng-iming dari sang punggawa, atau pastinya kepentingan. Tak peduli hubungan baik selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun sebelumnya, telah terjalin. Selamat tinggal persahabatan, selamat tinggal kekerabatan.
Akhirnya bruuakk, seperti nada suara bambu yang dibelah pun terjadi, muncullah perpecahan dalam sebuah komunitas yang tadinya aman dan damai . Kawan jadi lawan, lawan jadi kawan. Biasanya, belakangan akan ada kondisi baru, para pihak akan sadar. Oh, kita ternyata telah terpecah, dibelah-dibelah seperti sepotong bambu.Â
Ah, Ramadhan tahun ini sudah hampir berlalu, sebentar lagi akan lebaran idul fitri. Semoga kita semua masih bisa saling memaafkan.Â
Minaal Aidin Wal Faidzin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H