Mohon tunggu...
La Iwang (Semesta Wadagiang)
La Iwang (Semesta Wadagiang) Mohon Tunggu... Editor - Apa jadinya andai fikiran orang-orang dulu itu tak di bukukan?

Aku hanya belajar untuk bisa terus belajar. Belajar dari mereka, belajar dari kalian semua........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paket Hemat, Status Quo, dan Belah Bambu

28 April 2022   23:58 Diperbarui: 29 April 2022   00:40 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering dengar istilah itu, kan? Baik, kita ulas sedikit untuk sekadar merefresh memory kita tentang dua istilah itu, dan agar kita tidak menjadi korban dari intrik-intrik yang terkait dengan kedua istilah itu.

Apa itu Status quo? 

Secara sederhananya, dalam bahasa yang paling awam, Status quo bermakna suatu kondisi yang ada saat ini dan sedang berjalan (Sekarang). Status quo ini banyak dipakai di dalam dunia perpolitikan, ataupun dalam hierarki dunia kerja untuk menyatakan kondisi, kultur atau habit kerja yang sudah ada dan telah berjalan (cukup lama). 

Sebuah kondisi, jika kondisi itu dirasakan enak dan menguntungkan, maka kondisi tersebut tentu harus di pertahankan. Maka disini, kosakata (statusquo) ini sering kali bermakna negatif karena berlawanan dengan makna perubahan, atau singkatnya, "anti perubahan".

Anti Perubahan dapat disepadankan dengan kata kemapanan. Kemapanan jika ia menjadi sebuah tesa maka otomatis melahirkan anti tesa yaitu anti kemapanan. Disini muncul sebuah kondisi baru statusquo versus anti statusquo.

Lalu apa itu Belah Bambu?

Politik "Belah Bambu" sering kita dengar, bahkan bukan hanya di dunia politik saja, ternyata di dalam sebuah organisasi pun sering terjadi. Konon, startegi politik belah bambu ini adalah strategi yang paling murah, paket hemat, khususnya jika obyek politiknya adalah orang-orang yang belum melek politik, begitu. 

Secara sederhana, politik belah bambu dapat dimaknai sebagai taktik pecah belah. Aktifitas membelah bambu umumnya dilakukan dengan satu bagian atas diangkat dan bagian bawah diinjak. Semakin kuat bagian bawah diinjak dan semakin kuat bagian atas diangkat, makin cepat terjadi perpecahan.

Menurut Wikipedia, politik belah bambu juga di definisikan sebagai strategi bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah ditaklukan. Itulah yang dahulu dilakukan oleh Snouck Hurgonje (Belanda) untuk menaklukkan Aceh.

Dalam sebuah organisasi, politik belah bambu sering dilakukan oleh orang atau kelompok yang sudah merasa aman, senang, enak dan nyaman dengan posisinya saat ini. Karena kondisi yang sudah sedemikian menguntungkannya itu, barang tersebut harus dipertahankan. 

Tidak boleh ada orang atau kelompok lain yang kuat, karena itu adalah ancaman. Dan oleh karena itu, politik pecah belah lewat operasi senyap atau bahkan terang-terangan harus dilakukan. Caranya? Gunakan strategi belah bambu tadi. Satu bagian diangkat, satu bagian lagi di injak. Ia yang siap membebek, angkat! dan ia yang punya sikap lain, injak! Tak peduli tujuan organisasi akan tercapai atau tidak. Kepentingan kita adalah diri atau kelompok. 

Satu lagi, untuk memuluskan operasi tadi, biasanya dibentuk tim sukses (timses). Timses akan berkolaborasi dan mencari cara agar punggawa yang di dukung harus menang. Akan ada pembusukan dan saling melemahkan lawan dengan cara-cara kotor sekalipun. 

Disini saling sikut, saling tipu sesama sahabat atau kerabat kerap terjadi. Ini semua tak lepas karena harapan, imng-iming dari sang punggawa, atau pastinya kepentingan. Tak peduli hubungan baik selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun sebelumnya, telah terjalin. Selamat tinggal persahabatan, selamat tinggal kekerabatan.

Akhirnya bruuakk, seperti nada suara bambu yang dibelah pun terjadi, muncullah perpecahan dalam sebuah komunitas yang tadinya aman dan damai . Kawan jadi lawan, lawan jadi kawan. Biasanya, belakangan akan ada kondisi baru, para pihak akan sadar. Oh, kita ternyata telah terpecah, dibelah-dibelah seperti sepotong bambu. 

Ah, Ramadhan tahun ini sudah hampir berlalu, sebentar lagi akan lebaran idul fitri. Semoga kita semua masih bisa saling memaafkan. 

Minaal Aidin Wal Faidzin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun