Mohon tunggu...
Sofyan AuliaRachman
Sofyan AuliaRachman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

saya menyukai kucing dengan sepenuh hati dan mendengarkan musik setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsumtif yang Berlebih, Memicu Produksi yang Berlebihan

18 Mei 2023   00:48 Diperbarui: 18 Mei 2023   00:50 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era yang modern ini tentu kita sering melihat teknologi yang canggih ada di mana mana. teknologi ini banyak yang diminati oleh seluruh kalangan, baik Generasi Baby Boomers hingga generasi Z. bahkan, tidak hanya teknologi yang menjadi incaran para generasi tersebut, melainkan barang barang primer, sekunder, dan tersier juga. namun, banyak dari mereka yang ugal-ugalan mengincar barang barang pokok. Mengincar barang yang mereka butuhkan tidak hanya saat mereka butuh tetapi saat mereka hanya ingin saja, bukan karena tuntutan apa apa. 

Misalnya orang yang butuh tisu untuk kebutuhan di rumah, pastinya mereka membeli secukupnya. beda dengan yang hanya butuh saja, mereka yang ingin membeli tisu malah mempunyai pemikiran untuk mengestok barang. Alhasil mereka membeli dengan jumlah banyak. 

Sangat disayangkan ketika mereka membeli banyak barang yang sebenarnya tidak begitu penting atau butuh untuk dibeli. Karena masih banyak orang lain yang sangat membutuhkan barang tersebut dan ketika barang itu tidak ada untuk dibeli atau habis, maka yang mengalami kerugian adalah orang yang membutuhkan barang tersebut. 

Kata "mereka" disini, yang saya maksud adalah orang orang yang memiliki finansial yang sangat cukup bagi mereka. bahkan tidak hanya cukup, tetapi bisa dikatakan "orang kaya".  begitu juga dengan produsen yang semakin banyak permintaan maka produksi barang akan menjadi banyak pula. maka dari itu, yuk simak penjelasan mengenai topik konsumtif dan produksi.

Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu. seperti pengertian konsumen tersebut, konsumen membeli barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu. Maksudnya adalah konsumen membeli barang atau jasa hanya untuk tujuan tertentu. ketika mereka membutuhkan barang mixer, maka mereka membeli mixer. 

Tujuannya adalah untuk membuat adonan kue atau mengaduk kue. Tidak hanya itu, ketika mereka ingin membeli makanan tetapi mereka tidak bisa membeli makanan ke tempatnya langsung, maka mereka membutuhkan jasa untuk bisa mengirim makanannya. Beralih dari konsumen, Produsen adalah individu atau kelompok yang menghasilkan barang maupun jasa. Produsen juga bisa diartikan sebagai individu atau kelompok yang melakukan kegiatan produksi. 

Dilansir dari adjar.grid.id, memiliki gaya konsumtif termasuk sebagai ancaman terhadap integrasi nasional. Gaya konsumtif ini bukan mengonsumsi barang dalam negeri, melainkan barang di luar negeri. Kenapa gaya konsumtif mengancam integrasi nasional? karena hal tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai budaya Indonesia. Gaya konsumtif dan hedonisme saling berhubungan dengan satu sama lain. 

Hedonisme adalah kenikmatan pribadi yang dianggap sebagai suatu nilai tertinggi dalam hidup. Dan juga di sisi lain yaitu produsen, juga perperan penting untuk menjaga nasional, khususnya alam yang ada di Indonesia. Produsen harus memiliki sifat taat peraturan pada pemerintah dan kesadaran diri untuk menjaga keseimbangan alam yang di Indonesia. 

Seperti halnya kasus APRIL pada tahun 2021 yang dilansir di betahita.id pada hari senin tanggal 3 mei 2021. APRIL menambah kapasitas produksi pulp dan dissolving menjadi 5.800.000 ton per tahun dan produksi board atau kertas karton sebesar 2.880.000 ton per tahun. dari laman tersebut menyatakan bahwa Eyes on the Forest (EoF) menilai bahwa April grup belum mampu memenuhi kapasitas produksi yang ada secara berkelanjutan dan tidak menghargai hak-hak masyarakat adat dan tempatan. 

Disini diketahui bahwa perusahaan APRIL tidak menjaga ekosistem alam di Indonesia maupun menaati adat yang ada di daerah setempat. Kembali ke masalah gaya konsumtif mengancam integrasi nasional, ada beberapa isu yang menjadi faktor terancamnya integrasi nasional. 

Menurut kompas.com, ada isy kemiskinan, isu kebodohan, isu keterbelakangan, dan isu ketidakadilan. dan juga menurut kompas.com, pangkal timbulnya permasalahan ini yaitu separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. 

Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa gaya konsumtif ini mengarah keborosan dan ketamakan manusia. Dimana ada gaya konsumtif yang berlebihan, disitu ada produksi yang berlebihan juga. 

Tidak mungkin ada orang yang memiliki gaya konsumtif tetapi produksinya tidak besar besaran. Maksud saya, gaya konsumtif ini memiliki dampak yang buruk bagi produsennya. 

Memang jika dilihat dari segi positifnya produsen menjadi lebih produktif dan memiliki banyak cabang dimana-mana. Tetapi bukan berarti tidak ada efek negatifnya. Jika dibandingkan dengan positif dan negatifnya, banyak dari negatifnya yang mengarah kerusakan lingkungan dan mengancam integrasi nasional.

Kesimpulan saya adalah gaya konsumtif memang diperlukan untuk meningkatkan lapangan kerja yang signifikan. Selain itu, bisa meningkatkan perputaran roda perekonomian. Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia masih menjadi negara berkembang. 

Sangat diperlukan bagi masyarakat untuk memiliki gaya konsumtif. Tetapi ingat, semua ada batasnya. Bukan hanya ingin memuaskan hasrat membeli barang dengan alasan sebagai suatu nilai tertinggi dalam hidup. Karena jika berprinsip seperti itu, maka integrasi nasional akan terancam bahaya dan kerusakan alam akan tidak seimbang. Bahkan hancur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun