Mohon tunggu...
Wahyu Juli Karnaen
Wahyu Juli Karnaen Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Teruslah Berproses hingga engkau mengetahui apa arti dari Prosesmu yang sebenarnya"

Belajar dan terus Belajar kemudian mengabdikan diri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi, Budaya, dan Kearifan Lokal di Tanah Kelahiranku Kota Bekasi

5 April 2022   04:44 Diperbarui: 5 April 2022   04:56 17565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2 Barong/dokpri

Dua puluh satu tahun, diriku dilahirkan di salah satu kota yang berada di Jawa Barat yang berdiri sejak tahun 1950 yaitu Kota Bekasi. Ketika itu, penduduk Kota Bekasi didominasi oleh suku sunda dan aktivitas sehari-hari menggunakan bahasa sunda. Tetapi, karena dekat dengan Kota Jakarta dan seiring pesat proses migrasi penduduk sebagian besar masyarakatnya lebih banyak menganut suku betawi. Melihat dari sejarah Kota Bekasi terdapat beberapa tradisi atau budaya lokal. Budaya lokal adalah bagian utama terciptanya budaya nasional dan budaya daerah yang merupakan kekayaan negara yang sangat tinggi, hingga perlu dilindungi serta perlu dilestarikan oleh semua masyarakat. 

Namun pada kenyataannya sebagian masyarakat belum menyadari sesungguhnya nilai budaya lokal merupakan jati diri serta ruh bangsa, hal ini direpresentasikan pada semua aspek. Ditengah sebuah perubahan yang hebat, maka eksistensi sebuah nilai budaya setempat harus dijaga dan dilestarikan. Oleh karena itu, harus menjadi panduan kehidupan warga negara Indonesia pada umumnya dan masyarakat Bekasi khususnya (Widiansyah & Hamsah, 2018). Terdapat beberapa tradisi dan budaya di Kota Bekasi, sehingga telah ditetapkan dinas pariwisata dan kebudayaan Jawa Barat yaitu tradisi ngarak barong dan babaritan, sebagai warisan adat istiadat masyarakat, ritual dan perayaan-perayaan. 

Melihat budaya ngarak barong yang sudah mulai punah keberadaannya, hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab yaitu para leluhur yang sudah meninggal, belum ada yang dapat mewarisi pembuatan barong, dan rendahnya kepedulian kaum milenial terhadap budaya lokal. Seharusnya diadakan gerakan agar budaya barong kembali menarik perhatian di masyarakat luas. Budaya atau cultur menurut (Setiadi, 2012) adalah suatu atau totalitas yang kompleks dan meliputi wawasan, kesenian, kepercayaan, keilmuan, moral, hukum, adat istiadat, maupun kebiasaan yang menjadi rutinitas manusia sebagai anggota di masyarakat. Ngarak barong termasuk kedalam kesenian tradisional. Kesenian tradisional lahir dari kebutuhan didalam masyarakat yang meliputi beragam kesenian tradisional (Kayam, 1981). 

Ngarak barong memang tidak asing bagi warga bekasi, tetapi asing bagi yang lainnya. Ngarak barong adalah kegiatan parade masyarakat yang dilakukan setelah lebaran hari pertama maupun hari kedua, biasanya dilakukan di minggu pertama dan seterusnya, dengan tujuan menjalin silahturahmi kepada seluruh saudara. Ngarak barong yang ada di Bekasi merupakan kesenian yang turun menurun dijalankan oleh para seniman yang berada di lingkungan Bekasi yang digambarkan pada sepasang Barong, yang dirias memakai kedok atau topeng dengan karakter wajah seram menakutkan. 

Gambar 2 Barong/dokpri
Gambar 2 Barong/dokpri

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 Menerangkan didalamnya bahwa Kebudayaan membawa atmosfer di dalam pembangunan budaya. Menurut Undang-undang tertulis bahwa kemajuan kebudayaan mempunyai tujuan mengembangan nilai luhur kebudayaan bangsa, memperbanyak keberagaman budaya, mempererat kesatuan dan persatuan bangsa, mencerdaskan banga, menciptakan rakyat madani, memajukan kesejateraan masyarakat, mengabadikan warisan kebudayaan bangsa dan mempengaruhi perkembangan kebudayaan dunia, hingga budaya bisa jadi tujuan pembangunan nasional (Zuriatina, 2020). 

Soedarsono (1976) dalam mengatakan Seni Barongan merupakan seni tradisional lokal mempunyai ciri kekhasannya menjadi pembeda pada kesenian yang lain, khususnya didalam berpakaian, gerakan selalu diiringin musik. Model dan gaya tari Barongan berkarakter bebas dan keserempakan mengikuti alunan musik yang mengiringinya. Barongan berasal dari kata ‘Barong’ dengan ditambah akhiran ‘an’ mempunyai arti rupa atau bentuk yang mengambil contoh Barong. Barong di daerah Bali dan Jawa merupakan nama untuk hewan mitologi yang mempunyai kaki empat. Hewan mitologi sebagai perwujudan makhluk keramat tidak ada kehadirannya didunia dan hanya ada didalam cerita mitologi. 

Hubungan antara budaya tradisional dengan fungsi Ngarak Barong adalah bagaimana budaya tradisional yang diciptakan oleh masyarakat memiliki arti dan makna bagi masyarakat. Oleh karena itu, budaya tradisional yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat tertentu juga mempunyai fungsi tertentu (Sedyawati, 1983). Sedangkan ngarak Barong merupakan satu unsur kebudayaan, Karena budaya tradisional memiliki fungsi sebagai acuan pedoman bertindak bagi pendukungnya, dalam upaya memenuhi kebutuhan estetikanya. Sebagai struktur kebudayaan, kesenian juga sebagai pengatur, pengendali, penata, atau petunjuk untuk semua pendukungnya didalam aktifitas kesenian baik pada tataran berkreasi maupun didalam apresiasi, hal ini teruji terutama didalam sistem seni tradisional (Triyanto, 1994). Kesenian Barong merupakan salah satu bentuk kesenian tradisi peninggalan nenek moyang. 

Di dalamnya tersimpan bermacam-macam nilai yang berguna bagi kehidupan bangsa, meliputi nilai budi pekerti, nilai kebudayaan, nilai estetika, dan nilai pendidikan serta nilai religi. Selain itu, seni barong juga dapat dijadikan sebagai media berkomunikasi antar personal guna memenuhi fungsi sosial dan budaya. 

Gambar 3 Babaritan/cendananews.com
Gambar 3 Babaritan/cendananews.com

Selain itu, di Bekasi terdapat sebuah tradisi yang bernama “Babaritan” yang terletak di kampung Krangan. Kampung krangan adalah sebuah perkampungan yang berada di perbatasan Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor. Walaupun terletak di tengah pesatnya laju perkembangan yang berproses tetapi masih sangat kental dengan kehidupan budaya dan pada tradisi zaman dahulu. Sampai saat ini, penduduknya masih terus menerus menghidupkan serta melestarikan tradisi leluhur. Salah satu yang dilestarikan adalah babaritan. Babaritan merupakan sebuah proses upacara syukuran dan penghormatan kepada leluhur, langit, bumi serta sang pencipta. Oleh karena itu , tradisi ini sudah berlangsung dan masih bertahan secara turun menurun dari nenek moyang dan menyebar di pulai jawa. 

Tradisi babaritan masih dilaksanakan setiap tahun meskipun mereka berada di tengah kota. Tradisi babaritan diadakan sebagai rasa bersyukur kepada Allah SWT atas keberkahan yang melimpah, menginginkan keberkahan dan keselamatan kepada Allah SWT, mendoakan para sesepuh yang telah meninggal serta melakukan ritual tolak bala. Tradisi ini sering diadakan antara bulan Syawal dengan Dzhulhijjah yaitu tanggal 15 pertengahan dilaksanakan pada jumat siang. Dalam acaranya, para warga berkumpul dan menggelar tikar dan daun pisang. Hingga membuat sebuah anyaman dari bambu yang isinya berupa makanan sebagai sasajen yang berisikan hasil bumi seperti buah, kue, ikan, daging, serta nasi lima warna dan digantung di pohon, upacara dipimpin oleh sesepuh dengan melantunkan doa-doa sebagai rasa ucap syukur dan meminta keberkahan untuk tahun yang akan datang. Itulah budaya serta tradisi yang ada di Kabupaten Bekasi, meski sudah termasuk kota metropolitan tetapi budaya tersebut masih tetap dijaga bahkan didukung oleh pemerintah agar, budaya dan tradisi tersebut tidak hilang dimakan zaman. 

DAFTAR PUSTAKA

 Kayam, U. (1981). Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka Setiadi, E. M., Hakam, K. A., & Effendi, R. (2012). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 Triyanto. (1994). Seni Sebagai Struktur Budaya: Bahasan Teoritis dalam Seni Tradisional. In M. F. XVII. Semarang: IKIP Semarang

 Press Septiyan, D. D. (2018). Bentuk Pertunjukan Kesenian Barongan Grup Samin Edan Kota Semarang.

Widiansyah, S., & Hamsah. (2018). Dampak Perubahan Global terhadap Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Nasional (Kasus pada Masyarakat Bugis-Makasar)

. Zuriatina, I. (2020). Pengaruh Pembangunan Kebudayaan terhadap Pembangunan Manusia di Indonesia. Jurnal Pembangunan Sosial, Volume 3 Nomor 1 Tahun 2020, 3. Retrieved Juli 20, 2021, from https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/temali/article/view/6364/pd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun