Mohon tunggu...
Bobby Junaidi
Bobby Junaidi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang Apa Saja

Gue tuh orangnye ...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Simpul Klenik Habib Morgan - Ngawinin Setan Komplek

29 April 2019   22:18 Diperbarui: 29 April 2019   22:34 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Menuju rumah, Morgan harus melintasi jalan setapak belakang Masjid. Di situ, ada areal pemakaman tua dengan beberapa pohon tinggi besar.

Dari gosip yang beredar, pohon kapuk di depan rumah Ketua RT seberang areal makam, terkenal angker dengan penghuni setan gepeng. Katanya, dia perempuan dengan muka rata. Tanpa hidung, mata juga mulut. Kalau tertawa, melengking bak rocker papan atas.

Kaki terus dilangkahkan, meski hati kecilnya terus bilang sebaiknya kembali saja ke rumah mertua Jamroni.

Biarpun bertampang sangar dan kalau ngomong selalu terdengar penuh keyakinan, ada rasa takut yang diproduksi pikiran kemudian mempengaruhi perasaannya sendiri. Tak hentinya dia terbayang rupa setan komplek yang digambarkan sendiri kemudian dituturkan kepada teman-temannya di lokasi hajatan.

Awalnya dia berusaha mempengaruhi orang lain. Tapi kini, malah dirinya yang terpengaruh dengan perkataan sendiri. Semakin menolak, alam bawah sadarnya justru terus memicu munculnya bayangan setan. Pertama setan komplek, kedua setan gepeng. Terus bergantian hingga campur aduk di dalam pikirannya sendiri.

Khayalannya itu, justru mensinkronkan pikiran dan perasaannya hingga memicu rasa takut yang terus membesar. Konsentrasi pada kenyataan makin menipis setiap detiknya, sampai tibalah dia pada ke-alpa-an.

Logika Morgan, mendorong agar dia berani dengan mengatakan dalam hati bahwa tak ada makhluk begituan. Sementara kealpaan, justru berkadar lebih besar hingga terus mensugesti dirinya. Dalam kondisi pikiran dengan kadar ketakutan lebih banyak ketimbang berani, bayangan setan gepeng terus dikonstruksi. Makin dia menolak takut, bayangan makin jelas tergambar.

Tibalah dia persis di depan rumah Ketua RT yang berhadapan dengan pohon kapuk. Dan, di sinilah puncak sugestinya. Sesosok tubuh berpakaian gombrong putih berlumur tanah turun ke bawah. Pelan-pelan dan makin terlihat jelas, menuruni pohon tanpa berpegangan.

Pikiran sudah tersugesti, akhirnya menipu Morgan sendiri. Dia lari tunggang langgang sambil teriak : "Setaaaaaaaaannnnn," sekencang-kencangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun