Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menuju 2024 Bukan Hanya Obral Janji

5 Oktober 2023   15:00 Diperbarui: 5 Oktober 2023   15:03 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sumber Foto : https://pin.it/5mAQxRY"

Bayang-bayang kelam melintasi gelapnya malam. Lelah dan letih bertukar cerita dalam dinginnya hujan. Di balik kesepian, kubalutkan ribuan rindu di sudut hati mengingat tentang mimpi menyesakkan dada. Aku merapal doa di tiap paginya suara, berharap dan bertahan karena ada kisah kasih yang belum selesai. Rintik gerimis di malam ini, larut dalam buaian sunyi. Sampai kapan sepinya hati, cinta tak kunjung menepi. Kekasih, buang semua keraguanmu, yakinkan hatimu untukku selalu.

Memupuk resah dalam tanyaku dan menggores luka dalam pintaku. Kini semuanya terasa semakin jauh tersekat jarak. Di sela-sela kenyamanan yang mulai tumbuh, kita menghabiskan beberapa anakan doa di setiap malam, setiap waktu yang telah kita curi. Meski kita tak lagi utuh, mulai luruh dan hanya risau yang merengkuh oleh jarak jauh.

Di suatu sore yang teramat sendu, Zaawww bertanya kepadaku dengan tutur yang sedikit tergesa-gesa, "Paji apa kabar? Apakah Paji menyesal telah mengenalku dahulu? Semuanya baik-baik saja, bukan?"

Baca juga: Bukan Puisi: Ayah

"Aku baik adanya, Zaawww. Tidak sama sekali rasa penyesalanku dalam hati. Justru ketakutan yang paling besar adalah aku karena takutnya kau yang menyesal pernah memilihku di kemudian hari. Semuanya baik-baik saja, semoga dan semoga" Jawabku lesat tepat saat jingga memulangkan rasa pada hening malam yang mulai menampakkan diri.

"Paji sibuk gak? Soalnya saya ingin kita berdua sekedar basa-basi dan sambil saling melemparkan senyum!" Kata Zaawww diiringi dengan kelakar bahagia saat menghirup hawa malam selepas purnama mengangguk pasti pada langit raya.

Tandasku ke Zaawww yang dalam dirinya sudah banyak sepi yang mendera, "Saya tidak terlalu sibuk Zaawww, kalau mau basa-basi tak apa-apa juga meski tidak setabah rindu yang piatu dan terpaan begitu angkuh."

"Ya udah, kalau Paji gak sibuk kita ngobrol satu sama lain saja. Zaawww ada banyak pertanyaan yang mau Zaawww tanyakan ke Paji. Tentang apa saja, tentang aku dan kamu juga mungkin. Hehe" Cetus Zaawww sembari bercanda dengan membunuh sepi, hampa.

"Kalau mau bertanya, silahkan Zaawww. Aku akan mendengarkan setiap pertanyaan-pertanyaan dan keluh kesahmu. Ku pastikan kebahagiaan mungkin bisa dicari dalam lembaran-lembaran buku yang belum pernah kamu baca" Ujarku dan menyisakan sekeping kenangan yang enggan untuk beranjak.

Tanya Zaawww "Mengapa pemilu masih lama tapi banner udah nutupin jalan?"

Balasku balik "Baliho-baliho pejabat?Jangankan di jalan, di lokasi bencana, di tempat-tempat suci dan duka aja banyak"

"Kenapa partai politik setia membagi kaos pemilu dan memenangkan omong kosong politisi?" Bisik Zaawww setelah bergegas dari musim nostalgia yang terpendam diam.

Terangku ini, itu "Negara ini butuh regenerasi. Generasi yang nggak mudah termakan janji-janji yang udah basi. Kau tahu Zaawww, hama paling menakutkan bagi petani bukanlah tikus, ulat, ataupun serangga. Lantas apa hama paling menakutkan itu? manusia! Dulu mereka berjanji adem ayem dalam masa-masa kampanye. Setiap bahasa kata-kata di rangkai dengan penuh indah hingga demokrasi menjadi luar biasa, jadi kenyataan dan lebih berwarna menghiasi panggung setiap lima tahun. Tapi kau harus ingat Zaawww, setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan mati, patah hati, dan ditipu para politisi yang menebar sensasi"

"Apakah kita sudah merdeka dan mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila?" Tukas Zaawww seperti yang ditanyakan bulan semalam perihal kabar bumi.

Jelasku liar samar-samar "Zaawww, kita sudah merdeka dan telah merealisasikan nilai-nilai sakral pancasila. Ia kita sudah bebas dari masa-masa penjajahan dan juga sudah lepas dari tangan-tangan penjajah. Zaawww, percayalah ini perkataan paling jujur dan sudah lama terpendam dalam sanubari. Percaya atau tidak percaya. Zaawww, percaya sajalah sebagai teman dalam mimpi ataukah sebagai bunga-bunga tidur manjamu"

"Apa hukum-hukum keadilan tergadai kepentingan politis?" Ucap Zaawww kebingungan layaknya menafsirkan sunyi sumringah di taman surgawi.

Potongku menumpahkan titik cahaya di kegelapan "Wahai Zaawwwku, tidak. Hukum-hukum keadilan jalan sebagaimana mestinya. Tidak campur baur dengan hal-hal politik ataupun alat untuk kepentingan pribadi. Kita ini hidup di negara demokrasi. Zaawww, di negara nusantara ini hak-hak asasi, kritik dan saran selalu di junjung tinggi. Para petinggi kita, merakyat di depan layar. Merakyat juga di balik layar. Tangan kanan memberi, tangan kiri juga memberi. Dua hal di bumi pertiwi ini yang selalu istimewa, yakni; hukum tidak pilih kasih dan aturan segala kebijakan berkiblat pada rakyat, fakir miskin serta anak terlantar"

"Hidup kita sudah merdeka, kita sudah merdeka, kita telah merdeka. Hore tidak ada lagi tuding sana-sini dan penumpahan darah. Hidup kita sangat-sangat bertoleransi terhadap sesama, terhadap satu dengan lainnya. Kita benar-benar merdeka dan nasib kita diatur, dirawat beberapa ribu tahun ke depan oleh penguasa. Tak ada lagi tameng dan senjata. Segala sesuatu tetap dengan hati nurani dan akal jernih" Sergah Zaawww menepis segala keraguan, kegundahan di dada dari kegersangan.

"Ia Zaawww, kita sudah dan telah merdeka. Kita sudah dan saling menghormati sesama. Ia Zaawww, kita sudah dan tak lagi memilih menjadi penindas. Zaawww, kita benar-benar pulih dari masa lalu dan benar sembuh atas pergolakan sejarah" Tegasku di balik gelap beratapkan langit-langit bintang, desiran angin dan deburan ombak yang syahdu tenggelam di matamu yang dingin ini.

Gumam Zaawww hangat "Baik, Paji. Semoga kita bukan apa yang di wartakan oleh Soe Hok Gie dalam bukunya catatan seorang demonstran. Yaitu kita seolah-olah merayakan demokrasi tapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat yang merugikan pemerintah"

"Tidak Zaawww, tidak" Selaku riuh bersemi ruang asmara yang penuh candu di rumah rasa.

Kemudian pungkas Zaawww "Apakah sejarah berulang menemukan bentuknya yang sempurna?"

"Tidak. Sejarah tidak bisa di ulang kembali. Hanya bisa di kenang dalam ingatan kita masing-masing. Sejarah itu kita bisa menciptakannya kembali tapi tidak dengan cara pengulangan karena dia telah selesai di masa lampau" Sahutku penuh harap, banyak angan ingin menghidupkan rasa kembali.

Canda Zaawww pecah mencari senyum yang hilang "Bagaimana kalau kita bikin partai?"

"Zaawww, kamu ini ada-ada saja ya" Lirihku penuh cemas memeluk kesepian dengan hampa yang dalam.

"Yasudah kita menikah saja, gimana?" Ajak Zaawww lalu dia berdamai dengan luka.

Aku pun berkata menitip pesan rindu yang sudah lama terikat ikrar "Zaawww oh Zaawww, kau adalah muasal kata yang lahir dari rahim rindu. Kita bisa saja menikah dan sangat bisa. Semoga semesta berpihak pada kita"

Seru Zaawww lalu kemudian mencari jawaban di belantara kata, rasa "Kalau begitu kita basa-basinya sampai sini dulu ya Paji. Aku mau pulang, pamit undur diri ketika kata-kata belum genap menafsirkan rasa. Lain kali kalau ada waktu luang, jangan lupa berkabar ya Paji. Biar kita mengawali cerita lagi dan lupa mengakhiri kisahnya"

"Siap laksanakan printah ibu bendahara, jaga dirimu baik-baik ya. Secepatnya aku akan menjinakki mimpi-mimpi panjangmu. Semoga langit, bumi merestui pertemuan kita lain waktu"

Selepas haha, hehe, hihi bersama Zaawww. Aku mendengarkan lagu-lagu penuh drama kesukaanku. Di hadapanku, ada kopi, roti serta puisi tentang air mata dan hujan yang kita suka. Tepat di depan bara cinta dan puing-puing luka, genderang perang 2024 mulai ditabuh tak tersisa dingin, sunyi, senyap dan sebuah kepergian yang hanya tertinggal nama. Jerit melintas tak henti, dari kejauhan aku dan Zaawww memohon, berdoa untuk kebaikan, keselamatan bersama. Agar kita terhindar dari tapak-tapak yang tidak menyenangkan di hati dan bukan seperti perniagaan tanpa moralitas, kesenangan tanpa nurani, pendidikan tanpa karakter, sains tanpa humanitas dan peribadatan tanpa pengorbanan. Di atas pengharapan tak berkesudahan, bersimbah peluh angan tanda yang bisa kubaca dan kupeluk untuk melewati hari-hari kesendirianku.

Ada dua jenis kebahagiaan, mempunyai anjing yang baik atau menjadi anjing yang baik. Setelah gerimis tiba menghidupkan kembali lembah yang tak lagi perawan, aku menyalakan pelita lalu di lengkung bibir Zaawww aku memenuhkan dengan pelangi berlapis-lapis, aku hantarkan dengan indah hingga tumpah lalu melimpah ruah di tubuh basah Zaawww yang menenggelamkan itu. Dalam guratan mimpiku, Zaawww membabi buta suguhkan paras mawar merah untuk siap kan kucumbui melewati pagi buta merekah linangan takdir yang basah kuyup di malam hari di halaman raungan lemah lembut suara saat rindu menyapa relung dada.

Lalu aku sadar, berhenti dan bertanya di detik suara sayup. Rasa yang mana yang kan kusematkan di jiwa antara cinta, benci, rindu atau kecewa. Semua telah teraduk dalam cawan tanya dan kunikmati dengan getir rasa. Kau hadir tapi hanya dengan separuh jiwa. Tidak ada yang salah dengan cinta ataupun rindu. Yang salah adalah aku karena mencintaimu terlalu dalam dan merindukanmu secara diam- diam oh Zaawwwku. Diantara temaram malam setelah senja kembali keperpaduan aku mengenangmu dengan cinta sejuta rindu di telan fatamorgana yang ranum berbisik pada semesta. Wahai Zaawwwku, aku mencintaimu dalam senang dan malangku dan untuk semua hal yang memberikan kebahagiaan maupun kepedihan yang sukar tuk di percaya. Zaawwwku, kau adalah kalimat rindu yang selalu bermain-main di ingatanku lalu sesakkan jiwa ingin selalu bertemu.

- By (Syarwan Edy) as writter -

@paji_hajju || @mlwnadalahkunci

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun