Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

RKUHP & Salam Perpisahan - By Paji Hajju

9 Desember 2022   11:49 Diperbarui: 9 Desember 2022   12:50 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RKUHP

Rancangan kalimat untuk hilang perasaan 

Tepat di kediaman rindu, hati demi hati di tindas oleh paras semesta. Nyanyian tipuan belaka, ketika segala kepahitan sudah bisa kita nikmati, rasakan. Malam kelabu, angin bertiup seakan bisu. Dikala senja berlalu, kita berdua menanak rasa lalu memenangkan kata tuk mengisi sunyi. Pada delik waktu, hasrat meraung-raung bergairah menyapa asa. Dibujuk, dirayu bergemuruh dalam jiwa.

Di bawah alis sayumu, aku menemukan tempat kosong di matamu. Dari tawa yang retak, hingga ke tangis yang terus berdetak. Pikiranku mengembara, menyendiri dalam nyaman. Aku kesepian. Di malam-malam musim dingin, aku sangat suka berjalan di riuhnya rintik hujan. Biarkanlah kehilangan itu merayakan kehidupannya.

"Paji, coba sini dulu" panggilnya sambil tersenyum sepanjang jalan ingatan.

"Ah, disini saja, emangnya gimana?" Nona menatapku dengan tatapan tajam dan ekspresi yang menakutkan.

Baca juga: Salam Pancasila

"Nona tidak bermaksud melukai perasaanmu. Meski menyakitkan, baiknya kita sudahi saja kisah kasih ini" Suaranya serak-serak basah, mengantarkan senandung pilu pada rindu yang masih menggebu-gebu.

"Nona tahu nggak bedanya Nona sama DPR? Kalau DPR itu dewan perwakilan rakyat, tapi kalau kamu the one and only" lirih candaanku mencoba mengembalikan lagi keheningan. Langit seakan runtuh dan bumi menahan perih yang begitu menganga.

"Maafkan aku, Paji. Mungkin aku menyesali keputusan ini, mungkin juga tidak. Jadi, selamat tinggal" Kata-kata mengalun rapi, dari bibir merahnya merekah takdir berujung pasrah. Memilih untuk mengabaikan.

Kutarik napas panjang lalu mengangguk: "Mungkin Nona berpikir perpisahan ini akan membuatku lemah. Namun sebenarnya, kau justru membuatku jadi lebih kuat, dan aku nggak akan pernah menangisi kepergianmu" Aku bersusah payah, terlihat seperti biasa saja. Namun demikianlah laki-laki, ia juga makhluk yang tercipta dari ruang rasa.

"Aku tak bisa memintamu untuk bertahan. Akan kukabulkan permintaanmu. Aku tak memaksa untuk kau tetap tinggal di sisiku. Kita sampai di sini saja. Terimakasih" Ucapku dengan nada jelas, bahwa kali ini aku benar-benar kehilangannya. Dunia mencekam, hati terasa hambar kelam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun