Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka Cantika 77

26 Oktober 2022   11:37 Diperbarui: 26 Oktober 2022   11:49 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: ekonomi.bisnis.com

 Cantika Express 77 

Angin berarak beralih arah di pusaran samudra

Cuaca sayu melepas segala rela tentang canda tawa

Baca juga: Merawat Luka

Mendebur ombak di perairan kota kasih berpeluh rindu

Di Nusa Tenggara Timur, Amfoang Utara, Naikliu menoreh jejak kenangan 

Laut mendayu riak-riak kecil menelisik harap pada jalan pulang 

Baca juga: Ibu Kehilangan Iba

Cerah awan menjemput mimpi dibalik romansa mencurahkan lelah

Suara-suara tenang dengan nada sederhana

Mengisi hari panjang 

Bayang-bayang kerinduan menghampiri diri dan enggan menghilang 

Kalimat-kalimat semenjana menggiringi keberangkatan di sudut sepi

Memulangkan dekapan menghalau pikiran merantai raga nan resah

Di bawa kaki langit pandangan mata terpana getar pada jiwa kerontang 

Cantika 77 berlabuh pada pelayaran terakhirnya tuk menghantarkan temu

Sesudah mengucapkan salam perpisahan tentang kehangatan yang menginginkan kebahagiaan

Semua orang rindu untuk pulang, rindu aroma rumah yang menggema 

"Dalam hati tersimpan banyak doa membawa sebaris kata bahagia"

Namun pesona senyum seketika menjadi tiada dan lenyap 

Riang gembira harus terbentur oleh nestapa yang mencekam 

Desakan diiringi lantunan doa agar dilindungi selalu setiap asa

Teriakan hingga tangisan merenggut suasana hati 

Pelukan-pelukan erat berurai air mata tak berdaya 

Saling menguatkan dari derasnya gelombang menghempas 

Kepulan asap diikuti api sekejap membara menguasai badan kapal

Sedih mengalir membasahi pipi dan tak mampu lagi mengelabui rasa

Isak pecah terbang mengudara bersama kobaran kelam

Tertinggal hanyalah serpihan rapuh yang dirasa di hati

Mendamba semesta berpihak kali ini sebelum senja hilang bayang 

Dan duka kembali menyapa diantara kita dinaungi gerimis 

Semoga cepat pulih, semoga berlalu dan buram semua keluh kesah 

Selamat jalan untuk penumpang yang tidak dapat diselamatkan nyawanya

Selamat berlayar dalam keabadian atas nama cinta.

Oepura, 26 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun